GURU = Pahlawan Tanpa Tanda Jasa? (Sebuah Refleksi Memaknai HUT PGRI dan HGN Tahun 2016)

4-guru

Hari ini Jumat, 25 November 2016, rakyat Indonesia, khususnya insan pendidikan, merayakan hari guru nasional ke-23 sekaligus HUT PGRI ke-71 tahun. Tentu di berbagai pelosok tanah air di Indonesia dimeriahkan dengan berbagai acara dan kegiatan. Namun secara umum sama, di hari puncak pada hari ini, selalu digelar Upacara Bendera untuk memperingatinya.

Begitu pula dengan guru-guru yang ada di Kecamatan Batang Kawa, Kabupaten Lamandau-Kalimantan Tengah. Mereka juga tidak ingin tidak ambil bagian alias tidak mau ketinggalan untuk memeriahkan HGN/HUT PGRI tahun ini. Hampir semua guru di Kecamatan Batang Kawa, pada hari ini, berpartisipasi aktif dalam kegiatan upacara bendera yang berpusat di Desa Benakitan, tepatnya diselenggarakan di halaman SMP Negeri Satap 4 Batang Kawa.

Saya, selaku guru dan bagian dari panitia pelaksana, turut menyaksikan momen seru peringatan HGN dan HUT PGRI ini. Melalui tulisan sederhana ini, saya ingin sedikit membagikan ulasan singkat tentang momen peringatan HGN dan HUT PGRI di Kecamatan Batang Kawa tahun 2016 ini.

Dalam rangka HUT PGRI ke-71 dan HGN ke-23 Tahun 2016, PGRI Cabang Kecamatan Batang Kawa melalui panitia pelaksana yang telah dibentuk, melaksanakan kegiatan perayaan dan peringatan. Tahun ini memang agak sedikit berbeda. Jika biasanya kegiatan berpusat di Ibukota Kecamatan, tetapi untuk tahun ini seluruh acara berpusat di Desa Benakitan, ± 9 km dari Ibukota Kecamatan Batang Kawa (Kinipan).

Mengapa tidak dilaksanakan di Ibukota Kecamatan? Bukankah dimana-mana, kegiatan sebaiknya dan selalu dilaksanakan di Ibukota kecamatan? Idealnya iya. Namun hal itu tidak dapat selalu berlaku di Kecamatan Batang Kawa, mengingat alasan geografis dan juga medan yang relatif sulit. Overall (di atas semuanya), karena sudah disepakati bersama bahwa tahun ini dilaksanakan di Desa Benakitan, karena secara geografis, posisi Desa Benakitan berada di tengah-tengah DAS Batang Kawa, baik dari arah Batang Kawa Hulu (Jemuat, Kina, Karang Mas) maupun dari Batang Kawa hilir (Batu Tambun).

Rangkaian acara perayaan dan peringatan HGN dan HUT PGRI ini sebenarnya sudah dimulai sejak tanggal 18 Oktober 2016 yang lalu, dimana saat itu PGRI Cabang Kec. Batang Kawa melaksanakan kegiatan Sosialisasi Guru Pembelajar kepada seluruh anggota PGRI Kecamatan Batang Kawa (narasumber dari Tim Sosialisasi Kab. Lamandau). Namun demikian, suasana kemeriahan menyambut HGN dan HUT PGRI baru terasa pada hari Kamis, 24 November 2016 kemarin, dimana telah dilaksanakan kegiatan lomba-lomba seru, seperti Voli Terpal, Gebug Bantal, Catur dan Tenis Meja.

Meskipun dengan dana yang relatif kecil, namun kegiatan ini dapat berlangsung dengan lumayan meriah. Hal itu nampak dari partisipasi dan antusiasme para guru yang hadir pada tanggal 24 November 2016 kemarin, dimana hampir setiap sekolah di Kecamatan Batang Kawa mengirimkan utusannya dalam perlombaan tersebut. Kegiatan lomba-lomba tersebut pada intinya hanya untuk memeriahkan, karena para pemenang lomba tidak disediakan hadiah / uang pembinaan khusus, kecuali berupa tropi dan piagam penghargaan.

tropo-piagam

Petugas Upacara 2.JPG

Demikian juga pada hari ini: Jumat, 25 November 2016, Upacara Bendera memperingati HGN ke-23/HUT PGRI ke-71 Tahun 2016 berlangsung cukup lancar dan hikmat (ada sedikit kesalahan biasalah). Adapun yang bertindak selaku Inspektur Upacara (Irup) adalah Camat Batang Kawa yang diwakili oleh Sekcam Batang Kawa, yakni Bpk. Semson Z.R. Bertindak selaku Komandan Upacara (Danup) adalah Bpk. Kurdi (salah seorang guru di SDN Benakitan). Sebagai MC adalah Ibu Dhayu Era Mahardhika (salah seorang guru Bahasa Inggris di SMPN Satap 4 Batang Kawa). Pembaca Ikrar Guru adalah Bpk. Jemie (Salah seorang Guru Penjaskes di SMPN 1 Batang Kawa). Pembaca Sejarah Singkat PGRI adalah Nur Rokhimah (Salah seorang Guru Matematika di SMPN 2 Batang Kawa). Pembaca UUD 1945 adalah Bpk. Mugiarso (Salah seorang guru Matematika di SMPN Satap 3 Batang Kawa dan selaku pembaca doa adalah Bpk. Esau Simon Teurupun (Salah seorang Pendeta di Resort GKE Batang Kawa).

Acara pada hari ini sangat disambut baik oleh pemerintah Desa Benakitan dan warganya, juga oleh Bpk. Lidan Hoder, S.Pd, mantan Kadis Pendidikan dan Pengajaran Kab. Lamandau sekaligus mantan Ketua PGRI Kab. Lamandau, yang kebetulan hadir dalam upacara bendera hari ini. Pada intinya beliau sangat mendukung kegiatan ini. Menurut beliau, ditinjau secara ikatan emosi bahwa persatuan guru-guru di Batang Kawa cukup bagus dan layak untuk diapresiasi.

peserta-upacar-4
Dari kiri ke kanan (Ketua PGRI Cabang Batang Kawa, Kepala UPS/PLS Kec. Batang Kawa, Kades Benakitan, Lidan Hoder, S.Pd)

Meskipun sudah purna tugas, beliau masih menyempatkan hadir untuk memberikan dukungan dan semangat bagi guru-guru yang ada di Batang Kawa. Dalam momen ramah tamah, Bpk. Lidan Hoder mengatakan bahwa keberadaan lembaga pendidikan itu harus mendapat dukungan dari semua pihak. Keberadaannya harus dipandang secara positif dan jauh ke depan. Lebih lanjut beliau berpesan kepada guru-guru di Batang Kawa, agar lebih meningkatkan diri dalam tugas dan fungsinya, secara khusus dalam upaya mendidik para generasi didik, agar memperlakukan mereka lebih persuasif (tidak dengan kekerasan) dan tidak pilih kasih alias tidak diskriminatif.

Melalui sekelumit pesan beliau, saya dapat menarik kesimpulan bahwa pendidikan itu sangat penting, dan yang terpenting adalah peran guru di dalamnya. Ya, pendidikan dan guru memang harus menjadi perhatian kita (baik oleh pemerintah maupun dari pihak guru itu sendiri). Di momen HGN / HUT PGRI tahun ini, sudah sepatutnya seluruh insan pendidik alias guru bersyukur, lalu merefleksikan diri sejenak, mengevaluasi kinerjanya selama ini: apa yang sudah dicapai, apa yang belum tercapai, dan komitmen apa yang ingin dicapai untuk pendidikan yang lebih baik lagi di masa mendatang?

Bukankah sejak dahulu, dunia tidak dapat terlepas dari peran pendidikan? Ya, pendidikan telah banyak memberikan kontribusi positif bagi dunia kita. Dengan pendidikan manusia bisa mengubah sejarah dunia. Seperti pepatah/ujaran bijak mengatakan: Education is the best weapon to change the world (Pendidikan adalah senjata terampuh untuk mengubah dunia).

Begitu pula bila kita ingin mengingat ke belakang sejenak kepada sejarah bangsa kita. Sejak jaman kemerdekaanpun bangsa Indonesia sudah berupaya untuk dunia pendidikan yang lebih baik dan lebih bermartabat.

Dalam sejarah bangsa Indonesia, semangat proklamasi 17 Agustus 1945 menjiwai semangat pendidikan yang lebih bermartabat tersebut, yakni dengan diselenggarakannya Kongres Guru Indonesia pada tanggal 24 – 25 November 1945 di Surakarta. Melalui kongres ini, segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama, dan suku, sepakat dihapuskan.

guru-tempo-dulu

Mereka adalah guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan Republik Indonesia yang baru dibentuk. Mereka bersatu untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di dalam kongres inilah, pada tanggal 25 November 1945 – seratus hari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia – Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) didirikan. Pada tanggal tersebut pula, yakni setiap tanggal 25 November, sejak awal berdirinya hingga sekarang, kita peringati sebagai Hari Guru Nasional.

Sekali lagi, pendidikan sangat penting dan perlu ditingkatkan. Guru yang sangat berperan di dalamnya juga tidak kalah pentingnya, baik secara kualitas maupun kuantitas. Jumlah guru sedikit sebenarnya tak masalah asal bermutu. Jumlah guru yang banyak bisa jadi masalah kalau bertugas hanya ‘setengah hati’. Jadi, jumlah sedikit atau banyak tak menjamin kualitas. Yang ideal adalah kualitas dan kuantitas harus berjalan bersama. Ini perlu kita perhatikan dan renungkan bersama di hari guru ini.

Jadi, guru itu tak boleh diabaikan. Perannya tak boleh dianggap enteng. Bahkan sejak SD, saya selalu diberitahu bahwa guru adalah pahlawan. Pahlawan tanpa tanda jasa. Banyak berjasa, tetapi tandanya gak ada. Benarkah? Kita akan jawab seiring tulisan ini.

Lebih lanjut, guru bukan Mr. Know All, yang selalu tahu tentang semua hal. Guru juga bukan dewa, yang selalu bertindak benar. Guru juga adalah manusia biasa, yang tentu punya kelemahan dan kekurangan. Namun demikian, guru telah banyak memberikan jasa dalam hal kemajuan pembangunan di bidang pendidikan, yakni mencerdaskan bangsa. Peran guru dan organisasi profesinya, dalam hal ini PGRI, juga memegang peran yang sangat penting dan strategis.

Maka oleh sebab itu, sudah selayaknya Hari Ulang Tahun Persatuan Guru Republik Indonesia dan Hari Guru Nasional ini diperingati, guna mengingat jasa-jasa dan perjuangan guru yang telah bekerja tanpa pamrih terhadap kemajuan bangsa dan Negara ini. Dengan memperingati hari guru, tentu momen ini juga dapat meningkatkan rasa cinta terhadap profesi guru dan sebagai momen refleksi bagi guru dalam bertugas demi kemajuan dunia pendidikan selanjutnya.

Acara ini, yang merupakan salah satu agenda PGRI tahun 2016, akan menjadi sia-sia bila hanya dimaknai secara seremonial belaka, tanpa dimaknai secara serius. Guru harus menyadari keberadaannya sebagai teladan generasi didik. Bukankah guru adalah digugu dan ditiru? Jangan sampai guru seperti meme lucu berikut ini:

5-tipe-guru

Siapapun di negeri ini dan di dunia pernah mempunyai guru, baik guru sekolah, guru agama, maupun guru-guru lainnya. Orang yang dapat dijadikan panutan adalah orang yang dapat kita anggap sebagai guru, mulai dari pemungut sampah sampai presiden adalah guru kita.

Lalu, betulkah guru merupakan pahlawan tanpa tanda jasa? YA! Jika hanya dipandang dari segi tanda jasa berupa lencana. TIDAK! Jika dilihat dari sisi lainnya. Mari kita renungkan. Tanda jasa guru itu sangatlah banyak. Guru bukanlah pahlawan tanpa tanda jasa, tetapi dengan tanda jasa, dan tanda jasa itu adalah murid-muridnya! Ya, kita semua! Kita semua merupakan tanda jasa bagi para guru kita. Tanpa guru tidak mungkin kita bisa seperti saat ini, minimal bisa baca-tulis, apalagi sudah sukses. Bukan Begitu?

Selamat Hari Guru Nasional ke-23, dan Selamat HUT PGRI ke-71 Tahun 2016.

JAYALAH GURU INDONESIA!

Salam Cerdas,

Desfortin

7 respons untuk ‘GURU = Pahlawan Tanpa Tanda Jasa? (Sebuah Refleksi Memaknai HUT PGRI dan HGN Tahun 2016)

    1. Ya, mas Jaja. Mengenang Guru kita di masa lampu sangat indah, apalagi kalau kita bisa ketemu mereka lagi.

      Kalau Anda ketemu mantan guru Anda, dimanapun Anda bertemu mereka, kalau mereka lupa dengan Anda, jangan cueki mereka. Ambil inisiasi untuk menyapa/menegur mereka. Katakan bahwa mereka begitu berjasa atas hidup Anda. Lalu traktir mereka, kalau itu memungkinkan, pasti itu akan semakin seru.

      Disukai oleh 1 orang

      1. Kemarin aku ketemu guruku, tapi karena ga bisa panggil, mau kulempar pakai sesuatu juga susah, orangnya juga lagi buru2, akhirnya ga sempat apa-apa, wkwk ….. nasib2… orang bisu

        Suka

Tinggalkan komentar