Menjalani Hidup dengan Bahagia

Sumber gambar: id.pinterest.com

Hidup ini terus berjalan. Waktu demi waktu terus kita lalui. Kadang kita merasa waktu bergerak begitu cepat. Tapi kadang juga ada kalanya kita merasa bahwa waktu bergerak begitu lambat. Semua itu tidak terlepas dari perasaan. Perasan setiap pribadi kita dalam menjalani hidup ini.

Sebenarnya waktu itu dinamis. Waktu tidak pernah statis. Waktu terus bergerak maju dan bahkan membawa kita menuju pada usia tua yang kemudian berakhir di kuburan.

Makin hari usia kita makin bertambah sekaligus makin berkurang. Kita tak mampu melawan waktu. Kita hanya tenggelam di dalamnya. Maka dari itu, kita perlu mengelola hidup ini dengan perasaan yang semestinya.

Apa yang Anda rasakan saat ini? Apakah bahagia atau sebaliknya sedih, atau tidak jelas, dan bahkan biasa-biasa saja?

Saya mengalami suatu hidup yang saat ini saya jalani. Jujur saja, semua perasaan itu datang silih berganti. Tak perlu munafik, sebagai manusia yang fana, saya pun kadang sedih. Kadang juga bahagia. Kadang terasa suntuk, tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Sebelum saya menyadari semuanya, kadang saya merasa benci menjalani hidup ini. Banyak persoalan hidup yang harus saya lalui. Sepertinya datang silih berganti, tak kunjung usai. Apakah Anda juga begitu? Jangan buang waktu Anda hanya untuk menyesali hidup.

Jika mau dipikirkan, pergumulan hidup ini memang banyak, pastinya tidak akan pernah selesai, jika hanya diratapi dan disesali. Jadi, tidak ada gunanaya hanya mengeluh dan menyesal. Marilah berbahagia. Bukankah hidup hanya sekali? Mengapa tidak dinikmati dan dimaknai dengan semestinya?

Melalui tulisan sederhana ini, saya ingin membagikan tips menjalani hidup dengan bahagia ala saya (desfortin). Saya membaginya ke dalam 7 (tujuh) hal berikut ini:

1. Berpikiran Positif (Thinking Positive)

Perasaan atau hati adalah pusat hidup. Orang bijak berkata, seperti air mencerminkan wajah demikian pula hati mencerminkan diri manusia itu sendiri. Jika hati Anda bersih, maka pribadi Anda juga bersih, dan orang pun akan senang bergaul dengan Anda. Sebaliknya, jika hati Anda penuh iri dan dengki, maka pasti orang pun tidak senang dan tidak akrab bergaul dengan Anda.

Kebahagiaan itu ada di hati/pikiran. Meskipun Anda tak punya banyak uang tapi jika hidup ini dan semua berkat yang Anda terima itu diterima dengan hati ikhlas dan penuh syukur, maka semuanya akan terasa lebih lega dan nikmat. Jangan pernah membanding-bandingkan hidup dan berkat yang Anda terima saat ini dengan hidup dan berkat yang dimiliki orang lain. Setiap orang punya berkat dan rezekinya masing-masing.

Jika Anda mau kaya, maka berusaha dan berjuanglah supaya kaya. Jika mau pintar, maka berusalah dengan belajar giat dan pantang menyerah. Intinya, tidak perlu iri apalagi dengki. Milikilah hati dan pikiran yang positif, maka berbahagialah Anda. Itulah yang saya terus lakukan sekarang. Itulah yang membuat saya kuat.

2. Berbagi kepada Sesama (Sharing to others)

Saat kita menerima hadiah ataupun bantuan dari seseorang, sekecil apa pun hadiah atau bantuan tersebut, biasanya kita merasa senang. Menerima itu memang menyenangkan, sedangkan memberi itu seolah merugikan. Tapi tahukah Anda bahwa memberi itu justru lebih menyenangkan?

Memberi berarti berbagi. Tentu berbagi dengan tulus, maksud saya. Walaupun nampak seolah ada yang berkurang dari diri kita karena mengeluarkan sesuatu, tetapi sebenarnya tidak. Di dalam berbagi ada sukacita tersendiri yang kita rasakan. Kita merasa bahwa diri kita berguna bagi sesama. Senang bisa melihat orang lain senang ketika mereka menerima hadiah/bantuan dari kita. Sukacita itulah yang membuat kita merasa bertambah.

Percayalah, tidak ada orang yang setelah memberi/berbagi, hatinya tidak ada perdamaian, kecuali motivasi berbaginya tidak tulus atau terpaksa.

Mau bahagia? Berbagilah dengan tulus kepada sesama. Ada saatnya Anda perlu mentraktir teman Anda ketika Anda dapat rezeki, atau mendonasikan sebagian uang atau harta Anda kepada orang yang membutuhkan (berapa pun jumlahnya). Karena itu, berbagilah, sebab lebih berbahagia orang yang memberi (berbagi) daripada menerima.

3. Jangan Ada Musuh (Having no enemy)

Musuh yang saya maksudkan pada bagian ini adalah, orang yang Anda benci (bukan sifat orang yang tidak Anda sukai), dalam artian itu Anda yang membenci duluan. Bagian ini terdengar muluk-muluk. Apakah manusia di dunia ini (dengan hakekatnya yang berdosa) tidak pernah membenci?

Mungkin tidak banyak orang yang tidak punya musuh atau lawan. Tapi percayalah, punya musuh sekalipun hanya satu, hidup Anda akan tersiksa. Saya berani mengatakannya, karena ini pengalaman saya pribadi. Saya berjuang keras untuk melawan perasaan membenci.

Membenci itu menyakitkan. Karenanya, saya sekarang belajar memilih untuk tidak membenci walaupun tidak suka. Itulah ajaran kasih yang saya terima dari sang suhu hai hai (teman saya, sang petarung cinta jalanan). Ia mengatakan bahwa mengasihi berarti memilih untuk tidak membenci walaupun tidak suka.

Ketika ada orang yang kita benci, apalagi kalau orang tersebut memang membenci dan memusuhi kita, semuanya terasa tidak nyaman, tidak aman, dan menyiksa sekali. Jika kita tidak punya musuh di mana pun, maka mau pergi ke mana pun pasti tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Itu sebabnya dikatakan bahwa damai itu indah (damai tak punya musuh).

Jika Anda saat ini punya musuh sekalipun hanya di dalam hati, saya pastikan Anda tidak akan dapat berbahagia seutuhnya. Sekalipun Anda merasa bahagia, maka kebahagiaan itu pasti semu. Karena tidak ada orang yang bisa tenang hidupnya kalau di dalam hatinya masih ada kebencian dan permusuhan.

4. Miliki Keluarga yang Harmonis (Having a harmonious family)

Memiliki keluarga yang lengkap, rukun, dan damai alias harmonis pasti idaman semua orang. Sayangnya tidak semua orang mengalaminya. Ada orang yang memiliki keluarga yang selalu tidak tenang. Setiap hari selalu bertengkar, entah apa yang dipermasalahkan. Intinya selalu tidak tenang. Keluarga yang demikian tentu tidak dapat membawa berkat bagi keluarga yang lain, selain contoh yang buruk.

Ketika keluarga selalu bertengkar alias tidak harmonis semuanya terasa hampa. Karena keluarga itu adalah unit dasar dalam masyarakat. Jika di dalam keluarga kita sendiri saja tidak ada kedamaian, bagaimanakah kita dapat membawa damai bagi orang lain di masyarakat? Karena itu, memiliki keluarga yang harmonis tentu membuat kita berbahagia.

5. Jangan Suka Berhutang (Having no debt)

Nah, untuk poin kelima ini, sebagian orang sering tidak menyadarinya. Sekalipun disadari, tapi jarang diaplikasikan. Kalau ada orang yang bersedia memberi piutang alias pinjaman, maka kecenderungan kita (tidak tahu Anda) maunya berhutang, bahkan kalau bisa pinjam terus, dengan berbagai alasan, tapi giliran membayarnya tidak pernah diantisipasi dengan baik.

Meminjam itu relatif gampang, tetapi mengembalikan pinjaman itu soal lain. Saya pun pernah mengalaminya. Ketika banyak hutang, rasanya pikiran pusing dan stres. Seperti ada tekanan dari segala arah. Apalagi kalau sudah saatnya harus menyetor atau membayar. Wah, pokoknya bikin pusing 7 (tujuh) samudera (istilah hai hai, teman saya itu).

Kalau ada uang untuk membayarnya mungkin masih terasa tenang, tapi ketika tidak tersedia dan terasa sulit untuk didapatkan, maka stresnya tidak ketulungan. Makan terasa tidak enak. Tidur pun tidak bisa nyenyak. Akhirnya bukan mengurangi hutang, malah pinjam dengan orang lain untuk menutupi hutang. Akibatnya, gali lobang tutup lobang. Apakah Anda mengalami ini? Semoga Anda bisa cepat mengatasinya.

Karena itu, untuk bahagia, jangan biasakan berhutang apa pun pada siapa pun juga. Cukupkan dengan yang ada pada Anda saat ini dan syukurilah. Bahkan saya sendiri bertekad untuk tidak memberi piutang pada siapa pun (walaupun sulit, apalagi kalau didatangi keluarga). Semoga.

6. Menikmati Penghargaan (Enjoying a respect)

Sifat dasar manusia itu senang dipuji dan dihargai. Saat kita dihargai, rasanya indah sekali. Sekalipun uang di dompet kita tinggal sedikit, tapi karena kita dihargai oleh banyak orang, apa pun bentuknya, itu adalah harta yang tidak dapat dibeli dengan uang. Penghargaan itu dimenangkan bukan dipaksakan (respect is not forced, but earned).

Sukses dalam pergaulan, menurut saya, bukan berapa banyak jumlah teman Anda. Juga bukan berapa banyak uang yang Anda miliki di rekening, bukan pula berapa banyak harta kekayaan Anda, tetapi seberapa banyak orang atau teman Anda yang menghargai Anda, apa pun kondisi Anda saat ini.

7. Memenuhi Hobi (Doing your hobby)

Menurut Mr. Kaze alias Mr. Andreas Bayu Wicaksono (teman saya juga), jangan sampai pekerjaan menghambat hobi. Kalau Anda mempunyai hobi tertentu, lakukan dan penuhilah. Melakukan hobi membuat kita lebih rileks. Anda hobi berolahraga, lakukanlah secara rutin demi hidup yang sehat. Anda hobi musik, nikmatilah musik agar jiwa Anda merasa tenang dan terhibur.

Saya hobi menulis, maka saat ini saya menulis, dan di waktu yang akan datang pun saya akan terus menulis (jika Tuhan mengizinkan). Meskipun mungkin tulisan saya biasa-biasa saja, belum ada yang signifikan, tapi saya menikmati hobi menulis.

Bagi saya, selain menulis dapat mengasah kecerdasan otak dalam berbahasa, juga sebagai media berbagi kepada sesama. Bukankah berbagi itu indah? Maka dari itu, saya suka sekali menulis.

Terakhir

Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda menjalani hidup ini dengan bahagia?

Kebahagian atau perasaan bahagia itu bukan karena orang lain. Yang bisa membuat bahagia itu sebenarnya adalah diri kita sendiri. Kebahagiaan tidak tergantung pada orang lain. Istri atau suami Anda atau siapa pun orang-orang terdekat Anda, menurut saya, tidak pernah berhutang bahagia pada Anda. Just make your own happiness!

Jadi, jangan salahkan siapa pun (apalagi Tuhan) ketika Anda mengalami kesedihan, kerugian atau kemalangan. Jika kita mampu mengelola diri kita dengan baik dengan 7 hal di atas, apa pun kondisinya, maka kebahagiaan itu sebenarnya tidak jauh dari kita. Semoga Anda berbahagia. Semoga kita semua berbahagia.

Selain ketujuh hal di atas, mungkin masih banyak lagi cara orang menjalani hidup dengan bahagia. Saya sengaja hanya membatasinya pada 7 hal di atas. Jika Anda punya saran atau pendapat yang berbeda, jangan ragu untuk membagikannya pada kotak komentar di bawah ini, tentu itu akan memperkaya blog ini.

Salam Cerdas,

Desfortin

17 respons untuk ‘Menjalani Hidup dengan Bahagia

    1. Terima kasih juga. Saya senang kalau ini bermanfaat. Memang, hobi gak boleh diabaikan. Tapi hobi juga jangan sampai mengganggu atau melupakan pekerjaan utama, haha …

      Gimana pak jagadbayu, apakah hobi Anda main games masih Anda geluti?

      Oya, pak. Ditunggu rilis terbarunya ya.

      Suka

  1. Saya sih bermasalah di bagian membenci. Ada saja orang yang menyakiti saya. Entahlah, tapi saya membencinya. Sebenarnya ingin sekali membalas, tapi tidak mampu. Agar dia tahu bagaimana rasanya jadi saya.

    Dan saya masih membencinya. Entahlah, kesalahannya atas saya sangat fatal. Dan dia tertawa ketika saya menderita atas ulahnya. Mungkin ia hanya menganggapnya sepele, tapi itu sesuatu yg besar bagi saya.

    Suka

    1. Ya, menghapus perasaan benci itu memang sulit alias tidak gampang. Tapi selagi kita membenci, dalam artian masih ada musuh, baik secara frontal ataupun hanya di dalam hati, sebenarnya kita tidak bisa berdamai. Setidaknya, belajar saja untuk mengampuni. Bukankah agama mengajarkan bahwa pembalasan itu haknya Tuhan? Haha …

      Kalau Anda saat ini enjoy saja menjalani hari-hari Anda dan Anda bahagia dengan membencinya, menurut saya, Anda tidak benar-benar membencinya. Anda hanya kesal. Kalau Anda membencinya, Anda akan cari cara bagaimana supaya bisa membalasanya (apapun caranya).

      Suka

      1. Wah saya takut pak membalasnya soalnya bukan sifat saya. Ntar malah saya jadi sama buruknya seperti dia. Saya biasanya cuma menghibur diri bahwa Tuhan itu adil. Jadi ketika kita berbuat baik pasti mendapat balasan kebaikan. Sebaliknya klo berbuat buruk ya dapat keburukan.

        Disukai oleh 1 orang

  2. Menurut saya, Anda hanya kesal atau tidak suka dengan ulahnya. Jadi tidak membencinya. Saya yakin orang seperti shiq4 adalah orang cerdas. Mungkin disini kita hanya berbeda terminologi atau berbeda pemahaman saja antara benci dan tidak suka.

    Suka

  3. Kalau benci, ya benci aja, kenapa mesti repot. Jangan pura2 mengasihi, tapi di belakangnya tetap benci, percuma saya pikir. Bahagia menurutku adalah ketika ada kebebasan. Bebas untuk berbuat yang baik, bukan sebaliknya.
    Untuk poin hobi, boleh juga begitu. Tapi kalau kebanyakan ngerjain hobi sampai lupa keluarga, gimana tu?

    Suka

    1. Yang pasti jangan pura2 gak benci.
      Untuk berbuat baik biasanya gak ada yang menghalangi, bung. Tapi untuk berbuat jahat, kemungkinan besar selalu dihalangi, karena itu melanggar tatanan.

      Ya, lakukan hobi secara berimbang alias sesuai porsinya juga. Melakukan hobi secara berlebihan, maka hobi bisa berubah jadi berhala. Yang saya maksudkan adalah, kalau Anda tidak melakukan hobi Anda dan Anda merasa menderita (mungkin karena tekanan pekerjaan/kesibukan lainnya), maka jangan begitu. Lakukan hobi Anda untuk meringankan “beban2” Anda supaya Andapun berbahagia. Semoga!

      Suka

  4. Walau aku hidup sebatang kara. Aku bahagia aja tuch. Yang penting ada uang dan cukup makan. Tapi makasih ya Desfortin buat tulisanmu yang selalu panjang lebar, tapi lumayanlah buat aku yang terus belajar ini.

    Semoga kita selalu bahagia di 2017 ini dan seterusnya.
    @Jaja Aryadi

    Suka

Tinggalkan komentar