Alasan Utama Pasangan Selingkuh

Affair.jpg

Sumber Gambar: rmoljakarta.com

Tulisan ini sebenarnya sudah lama ingin saya unggah ke publik. Dari beberapa draft yang saya simpan, ini adalah salah satu dari 3 tulisan yang saya sangat berhati-hati untuk mengunggahnya. Dengan begitu banyak pertimbangan, akhirnya sayapun memberanikan diri dan memutuskan untuk mempublikasikannya kepada pembaca semua. Saya berharap ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi kita yang merindukan hidup yang lebih baik dan lebih beretika.

Awalnya sayapun begitu ragu untuk mengangkat topik ini, karena takut dikira ada apa-apa dengan kehidupan pribadi saya. Bukan. Ini tidak ada kaitannya dengan hidup saya dan rumah tangga saya. Tulisan ini murni untuk berbagi sebagai media untuk saling belajar dan mengingatkan.

Saya banyak belajar tentang cinta dan kehidupan. Cinta dan kehidupan memang tak seindah yang dibayangkan. Begitu juga dengan cinta dan kehidupan berkeluarga. Membina hubungan yang harmonis antara suami dan istri bukan perkara yang mudah. Menyatukan dua kepala di dalam rumah tangga butuh penyesuaian bahkan pengorbanan.

Setelah sekian lama saya mengamati kehidupan ini dan berguru dengan para bijaksana (wuiih,… keren khan istilahnya), khususnya tentang moral berumah tangga di tengah-tengah perkembangan jaman saat ini yang semakin “maju pesat”, saya berkesimpulan bahwa jaman semakin maju, tetapi moralitas manusia tidak berjalan linear.

Banyaknya kasus perselingkuhan yang terjadi pada pasangan-pasangan yang sekian tahun menikah membuat sebagian kita kaget bahkan “klenger”. Betapa tidak, orang yang begitu kita hormati, yang punya banyak talenta dan petuah, tetapi justru rumah tangganya gagal-berantakan karena masalah PIL (Pria Idaman Lain) atau WIL (Wanita Idaman Lain). Dan kadang pasangan yang nampaknya harmonis di luar ternyata di dalamnya sudah sangat “keropos”. Mengetahui hal ini siapapun akan merasa shock.

Keberanian saya untuk menulis topik ini muncul setelah membaca dan menonton berita yang cukup menghebohkan dua hari yang lalu (Senin, 05 Januari 2017), tentang oknum Bupati Katingan yang digrebek lantaran berselingkuh dengan wanita lain yang adalah istri seorang anggota polisi di Polres Katingan-Kalimantan Tengah.

Berita tersebut sentak menghebohkan, khususnya bagi warga Kasongan-Katingan, juga bagi sebagian warga Kalimantan Tengah. Bahkan berita memalukan ini menjadi breaking news di berbagai media massa, khususnya Kalteng Pos. Berita ini tentu adalah aib yang sangat disayangkan mengingat pelakunya juga adalah seorang oknum ASN (FY) dengan salah seorang pejabat publik yang cukup dihormati (AY).

Saya tidak mau membahas kasus itu lebih jauh. Melalui tulisan ini, saya hanya ingin sedikit mengulas tentang alasan atau penyebab utama kenapa orang atau pasangan berselingkuh dan bagaimana sikap kita terhadapnya. Saya mengkajinya sebagai berikut.

Ada Yang Memikat dan Terpikat Lalu Saling Memikat

Bagi para wanita yang cantik, Anda wanita cantik yang memikat. Bagi para pria yang tampan, Anda adalah pria tampan yang memikat. Anda boleh bangga dengan semua rupa yang Anda miliki, tetapi ingat bahwa kemolekan dan ketampanan Anda adalah anugerah Pencipta yang harus dijaga.

Sayangnya, anugerah yang indah itu kadang digunakan secara tidak bertanggung jawab oleh manusia. Manusia memang suka anugerah tapi tak suka tanggungjawabnya. Inilah ironisnya manusia yang fana ini. Mau enaknya aja, tapi giliran sulitnya ogah. Manusia… manusia …. kapankah sadar?

Kita teruskan. Apa yang menyebabkan pasangan selingkuh? Banyak alasan yang diajukan sebabai penyebab perselingkuhan. Ada yang mengatakan karena pasangan sudah “tidak jos” lagi atau tidak seperti muda dulu lagi (tidak cantik/tidak ganteng lagi). Ada juga yang mengatakan karena sudah tidak ada kecocokan lagi. Begitu banyak alasan. Mungkin bisa dibenarkan, tapi tidak semua perlu dibenarkan.

Dan yang paling sering, tapi jarang dibuka secara terang benderang, adalah karena pasangannya dianggap “tidak pandai main di ranjang” alias “tidak pandai melakukan hubungan suami istri” alias “tidak pandai ngeseks”. Makanya pasangan ingin mencari PIL/WIL atau sosok lain yang lebih pandai melakukan hubungan suami istri alias bersetubuh. Benarkah?

Itu adalah prasangka. Dengan prasangka demikian, maka tidak sedikit istri yang berlagak pelacur jalanan untuk memikat suaminya kembali, dan tidak sedikit para suami yang menenggak atau mengoles segala yang disebut obat kuat untuk memikat istrinya kembali. Tapi sayangnya, alih-alih terpikat, pasangan yang selingkuhpun justru merasa muak.

Anda harus sadar, bahwa kepandaian bersetubuh bukan dan bahkan MUSTAHIL penyebab pasangan Anda berselingkuh. Kepandaian bersetubuh memang berguna untuk menambah kenikmatan, namun tidak berguna untuk memikat pasangan selingkuh apalagi mencegahnya berselingkuh.

Menurut hai hai alias Arief Chrisdiyanto, temanku (sang pendekar cinta jalanan yang “dahsyat” itu), hubungan suami istri (bersetubuh) dan selingkuh adalah dua hal yang berbeda. Perilaku adalah faktor utama hubungan suami istri, namun sama sekali bukan faktor pasangan Anda berselingkuh.

Hubungan suami istri yang “hambar” bukan penyebab utama pasangan selingkuh. Bila tidak sanggup lagi menghadapi perilaku Anda, jika tidak tahan lagi menjalani hubungan buruk dalam rumah tangga Anda, biasanya pasangan Anda akan minta cerai, bukan selingkuh. Karena hubungan suami istri (bersetubuh) mustahil penyebab selingkuh, itu sebabnya banyak pasangan yang selingkuh meskipun hubungan suami istrinya baik-baik saja.

Bila demikian, kenapa pasangan berselingkuh? Ada beberapa alasan memang, tetapi penyebab utamanya adalah karena dia bertemu dengan orang yang memikatnya dan terpikat olehnya lalu keduanya sepakat untuk terus saling memikat. Karena saling pikat, dan memang mungkin terasa “manis”, maka batas-bataspun dilupakan atau “ditabrak.” Itu sebabnya, hanya ada satu cara untuk mengakhiri perselingkuhan, yaitu berhenti untuk saling memikat alias berhenti saling berhubungan dan berpisah secara tuntas.

Jika Anda punya 5 anak, berarti Anda punya 5 cinta, tapi Anda tidak bisa mencintai mereka dengan 5 cinta yang kadarnya sama. Itu adalah hal yang mustahil. Mengapa? Karena Anda hanyalah satu pribadi, tubuh Anda hanya satu. Tak mungkin Anda berada di tempat (space) yang berbeda dalam waktu yang sama. Yang Anda bisa lakukan hanyalah mencintai mereka dengan satu cinta untuk semua mereka dengan kadar yang berbeda.

Lima cinta untuk kelima anak Anda. Satu cinta untuk setiap anak Anda. Bukan satu cinta dibagi lima namun lima cinta untuk lima anak Anda. Itu sebabnya, ketika mencintai yang satu, cinta Anda kepada anak lainnya tidak berkurang.

Jadi, meskipun Anda punya lima cinta, namun Anda hanya satu. Itu sebabnya ketika Anda memeluk salah satu anak Anda, Anda tidak bisa memeluk anak Anda yang lain dengan pelukan yang persis sama. Itu tidak berarti karena Anda tidak cinta namun karena tidak bisa alias tidak mampu.

Jadi, handai taulanku sekalian, cinta itu memang bisa lebih dari satu namun ingat, tubuh kita ini hanya satu. Waktu kitapun sangat terbatas. Setiap harinya hanya ada 24 jam. Setiap kalinya kita hanya bisa berada di satu tempat.

Karena itu, jangan nekad untuk punya lebih dari satu “cinta”. Karena punya lebih dari satu “cinta” hanya akan mendatangkan lebih banyak penderitaan alias DUKA dan LUKA daripada kebahagiaan alias SUKA. Untuk alasan itulah, saya akhirnya memutuskan untuk hanya mencintai dan memuaskan satu cinta saya saja. Cinta saya kepada si dia. Dia itu istri saya. Namanya Ira alias Amie Tok Tok alias Onchi Ijha.

Lalu, bila pasangan selingkuh, apa yang harus dilakukan? Saya berharap dan berdoa semoga Tuhan Allah menjauhkan kita dari hari-hari demikian. Karena hari itu memang sangat tak dirindukan oleh siapapun. Namun, bila hal itupun terjadi, maka yang harus kita lakukan adalah memberitahu dia bahwa kita mengetahui perselingkuhannya itu. Katakan dengan jujur bahwa kita sangat tidak suka dia berbuat selingkuh. Katakan dengan jujur bahwa kita juga sakit hati dengan tindakannya itu.

Terus gimana? Masa cuma dibiarkan begitu saja? Mengapa kita tidak hajar atau RAJAM saja dia biar puas? Tindakan demikian bukan solusi, tapi menambah DUKA. Mengetahui dan mengalami fakta aib ini memang menyakitkan, bahkan terasa sangat berat. Tapi bagaimanapun, Life must go on. Hidup juga harus membina diri. Kalau ingin membina diri, maka kita juga harus siap menerima segala konsekuensi hidup ini.

Jadi, untuk urusan selanjutnya berikan dia pilihan. Kitapun harus siap menerima pilihannya sama seperti kita juga siap dengan pilihan kita. Bila pilihannya bertentangan dengan pilihan kita, maka kita harus lebih memilih pilihan kita, sekalipun itu berarti harus kehilangan dirinya. Kita tidak perlu menyalahkannya sebab menyalahkannya hanya akan menambah luka dan duka. Kasih tanpa syarat. Itulah kasih AGAPE. Kita tidak akan membencinya meskipun tidak suka. Itulah namanya kasih. Kasih berarti memilih untuk tidak membenci walaupun tidak suka.

Kesimpulan

Selingkuh (making affair) adalah salah satu aib (kalau ketahuan). Tidak ada aib yang layak dipertontonkan. Namun berita tentang aib biasanya justru laris manis di pasaran. Buktinya youtube tentang kasus perselingkuhan oknum ASN dan Bupati itu menjadi tontonan yang “laris manis” di dunia maya (109,872 kali ditonton). Kita penasaran dengan beritanya, tetapi kitapun tidak rela kalau hal itu terjadi pada kita. Namun demikian, kita juga ikutan komentar bahkan menghujat si pelaku. Padahal kitapun belum tentu lebih baik.

Walaupun mengetahui kalau selingkuh itu adalah aib, tapi sayangnya, masih saja ada manusia yang nekad melakukannya. Kenapa? Karena “air curian” itu memang manis rasanya.

Sebagian berkata selingkuh itu adalah selingan indah keluarga utuh. Banyak orang berselingkuh tapi ingin keluarganya tetap utuh, itu adalah suatu keniscayaan yang sangat ironis, bahkan bablas. Tidak mungkin mengharapkan kebaikan dari keburukan. Begitu juga sebaliknya. Keutuhan pasangan hanya bisa dicapai bila dua insan sungguh hidup di dalam kebaikan dan kejujuran serta takut akan Tuhan.

Secara moral, selingkuh adalah pelanggaran terhadap janji pernikahan. Selingkuh juga berarti mengotori tempat tidur. Kalau kasusnya sudah berkaitan dengan penajisan tempat tidur, secara moral sangat berdampak buruk dan sulit untuk dimaafkan. Bahkan sangat sedikit orang bisa mentolerirnya. Ujung-ujungnya perceraianlah yang dipilih.

Oleh sebab itu, mari terus bentengi diri dengan iman yang teguh. Jangan biarkan diri kita terlena oleh berbagai tawaran “indah” dari dunia ini. Sekali lagi, air curian memang lebih “manis” di lidah, tetapi “pahit” di perut. Orang juga sering berkata, “Jangan suka bermain api, nanti engkau akan terbakar.”

Bagi Anda yang sudah punya pasangan (menikah), jangan bangga dulu jika Anda saat ini masih setia. Anda setia mungkin bukan karena Anda setia, tapi mungkin saja karena belum ada yang memikat atau belum ada kesempatan Anda untuk tidak setia, atau mungkin karena tidak ada yang memikat dan Andapun tidak terpikat. Tak ada yang perlu dibanggakan. Di atas semuanya, karena anugerah Allah-lah kita masih dijaga dan ditopang-Nya sehingga kitapun masih ada di dalam jalan kebaikan dan kebenaran.

Kiranya melalui tulisan ini kita bisa sama-sama menjaga dan mawas diri. Sebab jika hari-hari malang itu datang kepada kita, apakah kita siap menerimanya? Bukankah menerima fakta itu kadang menyakitkan? Karena itu, sedia payung sebelum hujan itu lebih baik. Mencegah lebih baik daripada mengobati (prevention is better than cure).

Bagaimana menurut Anda tentang topik ini, juga tentang alasan yang saya ulas di atas? Jika Anda punya sesuatu untuk dibagikan terkait hal ini, jangan sungkan atau ragu, saya persilakan Anda untuk berkomentar pada kotak yang tersedia di bawah ini.

Salam Cerdas,

Desfortin

27 respons untuk ‘Alasan Utama Pasangan Selingkuh

  1. Saya nggak pingin selingkuh. Klo saya punya pasangan, maka saya akan beekomitmen untuk membahagiakannya. Nggak ada saling pikat dgn lain. Dan itu harus dilakukan dengan sepenuh hati.

    Disukai oleh 1 orang

    1. Baguslah kalau mas Shiq4 punya komitmen begitu. Namun menurut saya, untuk menjadi setia itu, selain niat/komiten, juga perlu latihan. Karena sikap setia adalah sikap yangg perlu dilatih. Gak ada jalan pintas.

      Berangan-angan atau berjanji boleh-boleh saja, apalagi untuk yang indah-indah. Tapi waktu prakteknya, kadang bisa beda. Ini fakta yang sering kulihat di kehidupan nyata.

      Dalam hal menjalin hubungan dalam rumah tangga, ingin membahagiakan pasangan itu lumrah, tapi prinsipnya, kita tidak berhutang bahagia dengan pasangan, karena kebahagiaan itu sesungguhnya dari hati.

      Itulah sebabnya, membina diri itu sangat penting. Dan membina diri itu harus dimulai dari hati.

      Namun niat dan komitmen untuk berbuat (baik) itu adalah baik adanya. Itu indikasi positif seseorang ingin menuju hidup yang lebih baik.

      Suka

    1. Ya topik ini memang gak ada habisnya untuk dibahas. Saya setuju itu.

      Dalam tulisan ini, saya hanya memandangnya dari sudut yang berbeda (sudut lain) dari kebanyakan yang sering dibahas orang-orang bahkan mungkin konselor.

      Just wish for the best, sir. Karena kita gak tahu, di dunia ini apapun bisa terjadi, apalagi kalau terlena.

      Disukai oleh 1 orang

  2. mencerahkan…memang banyak faktor untuk suatu pasangan berselingkuh (walaupun saya belum menikah) tapi menurut curhatan orang2 emang ada yang selingkuh karean nafkah lahir dan batinnya tidak tercukupi, ada juga yang menikah karena terpaksa sedangkan ia bertemu kembali dengan mantannya yang benar-benar ia cintai sehingga benih-benih perasaan itu muncul kembali

    Disukai oleh 1 orang

    1. Ya, mas. Banyak faktor memang. Ada yg bilang juga karena masalah ekonomi. Tapi di atas semuanya, saya tetap berpendapat, bahwa faktor utamanya adalah karena ada yang memikat dan terpikat, kemudian membiarkan diri terus saling pikat, akhirnya kejadian dech.

      Itulah sebabnya, kita perlu membina diri agar setia. Dan itu dimulai dari hati. Karena untuk setia itu perlu latihan. Gak ada jalan pintas.

      Bagi yang belum punya pasangan (menikah), yach…. setidaknya tulisan ini sekedar teori aja lah dulu sebelum berpraktik, hehe…

      Disukai oleh 1 orang

    1. Jawabannya adalah, tidak ada jalan pintas. Sikap setia adalah sikap yang harus dilatih. Melatih diri berarti membina diri. Dan membina diri memang harus dimulai dari hati.

      Jagalah hati Anda supaya tetap dalam koridor kebenaran. Makanya, ada yang bilang, “hati2 dengan hati!” Karena dari hatilah terpancar kehidupan.

      Jangan biarkan hati dikuasai oleh si jahat. Tidak gampang memang, tapi mendekatkan diri pada Tuhan jangan diabaikan.

      Suka

  3. Saya tidak tahu banyak tentang perselingkuhan, tapi godaan itu akan selalu ada, tinggal kepada siapa kita mengadunya, kepada Tuhan atau kepada Nafsu..😀😀

    Suka

  4. Bicara faktor akan selalu luas, tapi secara garis besar, memikat dipikat adalah salah satu faktor utama. Secara psikologi saja dia merasa hebat ada orang yang “jatuh cinta” padanya meski tak lagi muda.

    Disukai oleh 1 orang

    1. Setuju banget mas Hamam Abidin. Itulah yang saya tulis di atas.

      Terima kasih buat komentarnya. Semoga kita terus bisa membina diri sehingga rumah tangga kita juga tetap langgeng tanpa gangguan orang ketiga

      Suka

      1. Mari sama-sama membina diri, walau aku masih lajang, entah bakal ada atau nggak yang mau ma aku yg begini, aku juga ingin terus membina diri, khususnya mengatasi rasa minderku yang berlebih kadang2 bisa muncul

        Suka

  5. Hmmmm….saya membaca sampai ke hati…
    Sebagian besar tulisan mas Desfortin saya setuju, tetapi mohon maaf karena tulisan di Blog bisa dibaca oleh siapa saja termasuk anak sekolah seperti komentator pertama,, maka menurut saya lebih baik tidak menggunakan kata-kata vulgar apalagi diperjelas dengan kata yang berbeda tapi maknanya sama. Mohon maaf ya mas..Mungkin karena topiknya selingkuh jadi susah menghindari kata vulgar, tapi bisa tidak perlu diulang atau ditulis dengan kata lain yg vulgar juga mungkin ya…Sekali lagi maaf..

    Suka

    1. Ups… begitu ya mbak? Terima kasih buat masukannya ya. Gpp mbak. Justru dengan tanggapan Anda saya jadi tahu persepsi seseorang terhadap sesuatu. Begitu juga harapan saya orangpun bisa memahami persepsi orang lainnya, apalagi di dumay seperti ini.

      Ya di dumay memang susah juga sich untuk gimna gitu, krn emang luas. Saya sich berprinsip sepanjang tidak menjerumuskan, ya saya enjoy aja, lagian style desfortin mah agaknya sulit klo gak telling something effussively (menonjol gitu).

      Alasan kedua sich, memang bahasa itu masalah rasa (sense). Kadang kita justru mendidik generasi ini terlalu naif, ada kata yang kita anggap lebih halus ketimbang yang lainnya, padahal itu blm tentu. Justru dengan cara yang kita anggap lebih halus itu cenderung mengajarkan takhayul bukan mencerdaskan.

      Anyway, terima kasih buat masukannya, biar kedepannya saya bisa lebih bijak dan selektif lagi. ✌✌

      Disukai oleh 1 orang

  6. gak munafik sih, setiap istri / suami pasti takut adanya perselingkuhan … tulisan ini mengingatkan kita kembali untuk kembali pada “KOMITMEN” yang dibangun pada saat kita bilang “I DO” … kasih AGAPE bener banget , ditambah dengan tidak membalas, saling membalas juga akan sakit. bagaimana caranya kita baik, toh hasilnya buat kita sendiri.. kalau memang pada akhirnya “Pilihan” itu jatuh pada pisah, percaya saja Semuanya sudah diatur .. gak gampang sih jalan seperti ini, tapi hidup tanpa ujian juga gak berwarna, bukan matematika kalau kita gak suka otak2 rumus.. ada strateginya juga, tapi strategi yang baik.
    Thx … it’s so inspiring me a lot, ingat akan komitmen dan tdk berusaha memikat “yang lain” …

    Suka

Tinggalkan komentar