Jalan Sang Penulis

Jalan Sang Penulis, pilihan, kesunyian, perjuangan, bahagia

Sumber Gambar : amazon.com

Judul postingan kali ini terinspirasi oleh film “The Warrior’s Way”. Sebuah film yang menggambarkan sosok sang pendekar pedang (Jang Dong Gun) yang kemudian memilih jalannya sendiri, menghindar dari doktrin kejam sang guru.

Begitu juga halnya dengan sang penulis, iapun memiliki jalannya sendiri. Sekalipun hanya penulis amatir – yang tulisannya tentang hal-hal sepele atau sekedar untuk bersenang-senang – ia tak mungkin dikekang apalagi dipasung. Ia harus terus berkarya. Karena itu, merdeka wajib dimilikinya.

Tak peduli apapun keadaannya, sekalipun ia sedang tidak mood – selama ia masih sehat – ia harus terus menulis. Bergaul erat dengan alat (media) tulis, aksara dan diksi. Intinya, jika ia ingin sukses, maka jiwa menulis harus sungguh terpatri di dalam dirinya.

Sebuah Pilihan (Way of Choice)

Bagi sebagian orang mungkin perilaku penulis itu relatif aneh. Dan tak jarang dianggap stres bahkan gila. Sebab keasyikannya menulis kadang memang membuatnya seolah lupa waktu. Seems to be no other life. Tampak buruk bukan?

Ya, hal disalah mengerti mungkin dialami sebagian penulis, tapi itu bukan soal. Karena menulis adalah sebuah pilihan, yang tentu memiliki konsekuensinya tersendiri.

Tapi apapun konsekuensinya, untuk sukses, sang penulis harus tetap berjalan bersama pilihannya itu, terus menulis, melakukan riset, dan mengaktualisasikan segudang ide di kepalanya agar dibaca dan dinikmati pembaca.

Dan satu hal lagi, tanpa kecintaan pada dunia kepenulisan, mustahil ia sukses. Itu sebabnya Desfortin berkata bahwa untuk konsisten pada pilihan, maka pilihan itu harus dicintai. Choose your choice and love your choice.

Jalan Sang Penulis adalah Sebuah Pilihan.

Kesunyian (Way of Silence)

Menjadi tersendiri bukan hal besar baginya. Ia sudah terbiasa. Sebab ia harus konsentrasi dan fokus pada tujuannya. Mengeksekusi berbagai ide, merangkainya menjadi kalimat-kalimat padu dan alinea artistik.

Sunyi tapi tak kesunyian. Sepi tapi tak kesepian. Itulah sang penulis. Sebab ia begitu erat berkawan dengan aksara dan kata-kata, atau dengan penulis-penulis senyap lain yang seminat dengannya, tapi tak berjumpa secara langsung.

Dan tidak heran pula kalau orang dengan kepribadian introvert cocok untuk memiliki hobi menulis.

Jalan Sang Penulis adalah Jalan Kesunyian.

Penuh Ide-Ide (Way of Ideas)

Ide cerdas mungkin ia punya. Tapi itu bukan ukuran kesuksesan sang penulis. Penulis sukses mampu mengeksekusi berbagai ide, bahkan yang tampak buruk sekalipun. Itu sebabnya Shiq4 berkata bahwa tidak ada ide buruk. Yang ada hanyalah penulis dengan mindset buruk.

Bagi mindset penulis baik, ide apapun bisa dijadikannya tulisan yang menarik untuk dibaca. Jadi bukan perkara ada ide cerdas baru menulis, tapi kemauan dan kemampuannya mengeksekusi ide apapun dengan mindset positif.

Jalan Sang Penulis adalah Jalan Yang Penuh Ide-ide.

Penuh Perjuangan (Way of Struggle)

Tidak selamanya jalan sang penulis itu rata atau tanpa hambatan apapun. Sesekali jalannya berliku. Bergelombang. Becek. Berbatu-batu. Singkatnya, penuh perjuangan.

Ada kalanya ia tak tahu dan bingung mesti menulis apa. Writer’s block adalah hal yang nyata dapat dialami oleh setiap penulis. Oleh karena itu, ia harus mampu menemukan cara terbaik untul mengatasinya, baik melalui membaca teori-teori mengatasi writer’s block ataupun teori menulis lainnya yang relevan.

Jalan Sang Penulis adalah Jalan Penuh Perjuangan.

Kebahagiaan (Way of Happiness)

Setiap penulis punya alasan untuk menulis atau untuk tetap menulis. Ada yang menulis untuk dirinya sendiri. Ada juga yang menulis untuk orang lain atau misi-misi menulis lainnya, seperti semangat berbagi. Dan semangat berbagi adalah sebuah keindahan dan kemuliaan.

Saat mengetahui ada pembaca yang merasa senang dan puas terhadap tulisannya, iapun turut senang. Dan rasa senang itu adalah pemantik semangat sang penulis untuk tetap menulis.

Bukankah setiap hal yang dilakukan dengan senang hati itu adalah hal yang sungguh menyenangkan dan membahagiakan?

Jalan Sang Penulis adalah Jalan Kebahagiaan.

Itulah sebagian jalan sang penulis. Anda mungkin sulit memahami perilaku sebagian penulis dalam karir kepenulisannya sebelum Anda benar-benar memahami atau melewati sendiri jalan-jalannya itu.

Salam Cerdas,

Desfortin

24 respons untuk ‘Jalan Sang Penulis

  1. Saya dulu awalnya suka nulis karena banyak baca tulisan-tulisan penulis-penulis hebat. Mereka seakan-akan sangat mudah mengeksepresikan diri melalui tulisan. Pas saya coba ternyata tidak mudah untuk mengungkapkan apa yang ada di pikiran dalam sebuah tulisan. Butuh kesabaran untuk melakukannya.

    Karena itu saya selalu kagum kepada para penulis dan orang-orang yang punya hobi menulis.

    Terima kasih banyak mas udah ngasih banyak link bacaan yang bagus, hehehe

    Disukai oleh 1 orang

    1. Betul mas. Saya juga merasa begitu, tidak mudah mengungkapkan isi kpla mnjdi tulisan yg indah. Selain kesabaran, juga perlu latihan yg gak gampang.

      Terima kasih juga atas tanggapannya mas Firman.

      Disukai oleh 1 orang

  2. Saya dulu menulis karena ketidaksengajaan. Hanya iseng untuk mengisi waktu luang. Jadi menulis apapun yg ingin saya tulis. Ternyata menyenangkan, dan dimulailah misi untuk menuliskan semua ilmu pengetahuan saya. Biasanya apa yang saya tulis merupakan hasil dari berbagai bacaan yg saya konsumsi.

    Suka

      1. Sebenarnya lebih banyak pengetahuan lama mas desfortin. Cuma masih jarang yg mbahas konten tersebut dalam bahasa indonesia. Klo di blog luar udah seabrek referensinya sampai2 saya bingung mau baca yg mana dulu.

        Suka

        1. Itu artinya kita, maksudnya saya yg kurang baca konten2 luar negeri. Tks bnyak krn Anda telah mempermudahnya bagi kami, khususnya saya. Sangat jarang yang rajin sprti Anda yang mau dan rela berbagi hal2 dmikian, kebanyakan mah org cuma curhat doang, 😂

          Suka

          1. Ini seperti sekolah dulu. Jadi klo baru belajar saya mesti menulisnya sehingga tidak mudah lupa. Biar hasilnya lebih bagus, saya kadang membaca ulang konten2 lama dan menulisnya sebagai link. Dengan begitu saya bisa memahami dengan baik topik2 yg saya pelajari. Kata guru saya dulu, entah siapa lupa ha ha ha….. meskipun tidak bisa, klo udah mau nulis itu bagus karena berarti mau membacanya kurang lebih seperti itu. Masa udah susah2-nulis ngak dibaca. Kan sayang.

            Disukai oleh 1 orang

  3. “Sunyi tapi tak kesunyian, sepi tapi tak kesepian” kalimat ini benar-benar kalimat sastra. Mas desfortin juga cocok menulis karya sastra. Hayo… saya tunggu lagi cerpennya!
    Btw…begitu ya? orang introvert yang lebih cocok jadi penulis.
    Saya juga termasuk orang yang suka menyendiri dan kerja sendiri, jika harus kerja kelompok atau ramai-ramai menadakan suatu acara bersama-sama rasanya kurang menikmati. Apakah berarti saya termasuk introvert ya?

    Suka

    1. Ahaha..klo nulis sastra yg bgus bnget msh jauh mbak Nur. Kadang sya mrasa terlalu lebay malah.

      Mungkin saja mbak Nur introvert klo bgtu pnjlsannya. Mbak Nur nulisnya bagus jg kok, aplg klo bhas isu pendidikan, saya rasa pas tu. Kpan ni rilis bhsan PTKnya?

      Disukai oleh 1 orang

      1. He…he….gak lebay kok, Itu cerpennya itu hari bagus untuk ukuran saya he..he…
        Terimaksih juga pujiannya pak kepsek. Aamiin..
        Sebenarnya sudah direncanakan mau nglanjutkan bahasan PTK tapi sering tergoda nulis curhat duluan he…he…

        Disukai oleh 1 orang

  4. Didi nulis cuma mau me time aja kok kak des. Hihihi tapi karena Me Time itu jadi keterusan. Rasanya nggak nulis sehari gimana gitu. Walaupun kadang tulisannya nggak sampe 200kata tapi tetep aja kalo nggak nulis rasanya ada yang kurang🙂

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan komentar