Cerpen: Cinta Eros yang Tersandung

Citra ilustrasi cerpen cinta 2 orang mahasiswa yang berbeda agama atau keyakinan dan berakhir dengan pupus

Sumber Gambar :pinterest.com

Namaku Lucky. Aku tinggal di sebuah kota CANTIK. Masih mahasiswa, sekarang semester 6. Wajahku lumayan, setidaknya menurut beberapa temanku. Aku juga pria normal. Beberapa kali pernah pacaran, tapi selalu dipecundangi. Entahlah kenapa. Mungkin karena aku terlalu melankolis, atau terlalu polos.

Dan sudah 1 tahun ini, semenjak putus dari gadis impianku itu, aku kembali menjomblo. Jomblo itu mungkin biasa, tapi dipecundangi itu menyakitkan. Jujur, aku sempat begitu kecewa untuk sekian waktu. Sampai-sampai semua terasa seolah tanpa makna.

Untunglah, aku tak sampai bunuh diri gara-gara cinta. Namun, ini sedikit banyak telah berdampak buruk pada studiku di kampus. Aku jadi malas belajar, dan prestasiku pun anjlok.

Tapi syukurlah, kini sepertinya aku sudah mulai bisa move on dari masa lalu. Aku harus mulai belajar menerima kenyataan bahwa hidup tak seindah fiksi, tapi dunia pun tak selebar daun kelor. Kiamat masih jauh. Badai pasti berlalu.

Suasana kampus pun kini mulai kembali memikatku. Bukan tanpa alasan memang, selain kawan-kawanku yang pandai menghibur, juga ternyata ada sosok lain yang kini memesonaku. Seorang gadis cantik dari “dunia” yang berbeda.

Bukan dari planet lain, apalagi dunia roh, tapi dari dunia ini. Dunia yang fana dan penuh sandiwara, baik tentang cinta maupun kebencian. Baik tentang kebenaran maupun kesalahan. Baik tentang kejujuran maupun kemunafikan atau percampuran semua itu.

Entahlah, akupun tak tahu kapan persisnya rasa ini muncul. Ia mulai spesial di hatiku. Tapi mungkin benar kata orang, cinta datang dari mata lalu turun ke hati. Dan dari hati jadi ……. ahh, sudahlah.

Kadang aku juga ragu, mungkin ini cuma sugesti selepas patah hati. Atau juga karena aku sedang kesepian. Apalagi kawan-kawan sekampusku sering menyarankanku agar aku mencari pacar baru lagi. Apapun itu, yang pasti, rasa ini ada. Dan untuk sementara aku meyakini ini getar-getar cinta eros bertegangan rendah.

Gadis ini, yang notabene adalah kakak seniorku di kampus, bukan pertama kali aku melihatnya. Jauh sebelum ini, aku sudah sering melihatnya. Bahkan sempat beberapa kali kami saling menyapa dan ngobrol. Hanya saja, biasanya aku tak pernah begitu memperhatikannya. Kuanggap ini biasa saja.

Namun belakangan ini, aku merasa ia seperti mahasiswi yang baru masuk kuliah. Aku seolah belum pernah melihatnya. Kini ia tampak begitu cantik di mataku. Aneh, padahal dulu rasanya ia tampak biasa saja. Tapi kini, semakin kuperhatikan, semakin aku menaruh rasa simpati padanya. Apalagi, setelah aku mengetahui kalau iapun sedang jomblo.

Cintakah ini? Atau sekedar getar-getar biasa dari lelaki normal yang merindukan seorang kekasih? Ha ha ha …

Begitupun pada suatu hari. Seolah seperti suatu kebetulan, aku dan dia ada jam mata kuliah yang sama. Kami seruangan. Saat sang dosen menjelaskan materi mata kuliah yang kami ikuti itu, sesekali aku mencuri pandang pada gadis itu yang duduk tak begitu jauh dariku.

Akibatnya, aku jadi tak begitu fokus pada materi yang disampaikan oleh si dosen. Apalagi, saat gadis itu sesekali membetulkan posisi duduknya dan juga lengan kemejanya, gayanya yang fotogenik, dan dua kali menoleh ke arahku dengan senyum manisnya, sungguh, pesonanya begitu menggetarkan naluriku.

Yang semakin membuatku heran, tapi aku menikmatinya juga, dan tentu tak menolaknya pula, saat ia mengajakku pergi berdua. Berdua? Ini PDKT atau apa sih? Tumben, pikirku. Via SMS, pada suatu hari Jumat pagi, ia tiba-tiba mengajakku ke sebuah tempat wisata di kota CANTIK ini. Katanya ia ingin bersantai, tapi tak punya teman. Malahan, ia yang akan menjemputku di tempat kosku dengan sepeda motornya.

Sebenarnya aku sempat sedikit ragu dengan ajakannya itu. Kupikir ia sedang bercanda. Tapi benaran, ia datang menjemputku. Tentu akupun tak mungkin menolak. Sejurus kemudian, kamipun pergi berduaan ke destinasi wisata itu yang terletak tak jauh dari pusat kota CANTIK ini, hanya sekitar 20 menit perjalanan menggunakan sepeda motor.

Aku tentu yang memboncengnya. Ada rasa dag dig dug di hati. Serasa tak percaya saja kalau ini terjadi. Gadis cantik kota CANTIK. Siapa yang tak kagum dengan kecantikannya. Wajahnya pernah terpampang dalam koran ternama kota ini untuk rubrik “Ekspresi Kawula Muda”. Akupun pernah menyimpan fotonya itu secara diam-diam di dalam dompetku. Astaga.

Meskipun aku pernah beberapa kali pacaran, tetapi aku masih merasakan sedikit gugup bila berada di dekatnya. Apalagi bila mencium wangi parfum yang dipakainya. Jadi berasa ikut wangi.

Namun, aku berupaya tetap tenang dan cair, supaya tak kelihatan gugup di depannya. Begitulah gengsi lelaki.

Dan betul, sepanjang perjalanan, kami terlibat obrolan santai. Aku cepat menyesuaikan. Sepertinya kami cukup akrab. Akupun senang dengan obrolan itu. Nyambung, dan tentu mengasyikkan. Mungkin karena aku juga telah menaruh rasa spesial padanya, makanya begitu. Mungkin.

Dengan kecepatan di bawah 60 km/jam, aku memboncengnya menuju destinasi wisata itu. Kami tiba disana sekitar pukul 09.40 Wib. Dan ternyata ada banyak sepeda motor dan kendaraan lainnya yang telah terparkir disana. Akupun memarkirkan sepeda motor yang kami bawa itu di area parkiran yang tersedia. Tampaknya para pengunjung sudah ramai memasuki area wisata ini.

Kamipun segera menuju pintu masuk, dan sebelumnya harus membayar karcis. Tertera pada plang pintu masuk bahwa karcis masuk adalah Rp 3.000,- /orang. Uang yang kuserahkan kepada petugas jaga pintu itu sebesar Rp 10.000,-.

“Ini mas, kembaliannya empat ribu,” ucap petugas itu kepadaku dengan senyum ramahnya. Akupun membalasnya dengan senyum dan ucapan terima kasih sembari mengambil uang kembalian itu. Kemudian berlalu.

Betul, ternyata suasana di dalam sudah begitu ramai dipadati oleh para pengunjung. Tempat wisata ini semacam arena bersantai yang dirancang sedemikian rupa, terletak di tepi sebuah sungai, yakni adanya pondok-pondok kecil terbuka dan berjejer serta dapat disewa baik oleh perorangan, komunitas, maupun keluarga.

Pondok-pondok tersebut dapat digunakan sebagai tempat bersantai sambil menikmati angin sepoi-sepoi atau kuliner yang disediakan oleh pihak penyedia. Dan antar pondok tersebut terdapat jembatan-jembatan kayu yang saling terhubung. Lalu, ada pula hewan-hewan yang ditaruh di dalam kandang-kandang, termasuk seekor buaya besar, yang pastinya akan memukau mata para pengunjung dengan aksi-aksi mereka.

Kami berjalan kaki dengan santai sambil bereksplorasi dan menikmati suasana sekitar dengan sesekali diiringi suara gelak tawa baik aku maupun dia. Ada-ada saja hal lucu yang kami bahas. Apalagi aku juga kadang sambil memuji kecantikannya dan juga menggodanya dengan banyolan-banyolan konyol yang membuatnya sesekali mencubitku, layaknya TTM (Teman Tapi Mesra).

“Ups …aku bukan muhrimmu loh,” kataku sok mengingatkan. Ocehanku itu mungkin semakin membuatnya “sebal” padaku. Tapi semakin ia sebal, menurutku aura cantiknya semakin terpancar, meskipun rambutnya terlindung oleh kerudung ungunya itu, ha ha ha …

Tak lama setelah itu, setelah cukup puas melihat-lihat wahana wisata yang tersedia, aku mengajaknya untuk membeli minuman segar di salah satu kedai yang ada di sekitar lokasi. Rencananya, kami memang tidak ada agenda makan siang disini, hanya minum saja.

Aku lalu memesan segelas es susu dan camilan sederhana, sedangkan ia lebih memilih sekaleng p-c-ri sw-at. Wow, kok gak sama ya, pikirku. Apalagi saat ia mengatakan kelebihan dari minuman pilihannya itu, jadi aku sedikit merasa tersindir, meski nadanya bercanda.

Waduh, ternyata ia bisa juga menyindir, begitu aku membatin. Jadi sedikit malu rasanya. Dasar, aku lelaki yang tidak peka, tak bisa menyesuaikan, harusnya ia yang kubiarkan memesan duluan, aku terus membatin.

Tak lama setelah kami menyeruput minuman kami masing-masing dengan saling ngobrol, dan jam pun sudah menunjukkan sekitar pukul 10.55 Wib, sembari bertanya tentang jam, ia kemudian mengajakku pulang. Katanya hari ini hari jumatan.

“Oo .. iya ya, kamu kan muslim, Jen. Maaf ya, aku lupa. Kalo gitu, kita balik, yuk!” Kataku kepadanya dengan maklum. Setelah membayar sejumlah uang kepada penjaga kedai itu, kamipun segera pulang.

Semenjak peristiwa itu, aku sering memikirkannya. Entahlah gadis itu, apa ia juga memikirkannya, aku tak tahu. Yang kurasa, momen itu begitu berkesan bagiku. Aku seperti telah menyimpan rasa simpati yang mendalam padanya, tapi aku tak pernah berani mengungkapkannya. Selain karena kami berbeda agama, akupun takut ditolak. Aku tak mau patah hati lagi. Apalagi kemudian sikapnya biasa saja padaku.

Dan kini 6 bulan telah berlalu semenjak peristiwa itu, ia tak pernah lagi mengajakku ke tempat itu atau sekedar pergi berduaan denganku ke tempat yang lain. Entahlah, kenapa. Lagipula, akupun tak mengubernya. Jadi, kami tak pernah jadian. TTM sesaat, iya.

Sampai saat inipun aku sering bertanya pada diri sendiri, sebenarnya apa yang terjadi padaku saat itu? Mungkinkah itu hanya getar-getar hasrat cinta biasa, atau itu hanya perasaan Ge-Er saja yang terjadi padaku? Sebab, rasa itu datangnya begitu saja. Begitupun saat rasa itu pergi, ia seolah menguap begitu saja, terbang bersama angin dan tak kembali lagi.

Aku juga berpikir, apa karena perbedaan agama atau keyakinan sehingga semuanya tidak boleh terjadi? Ataukah ia hanya berniat mengujiku, karena ingin tahu apakah aku ini tipenya atau bukan; lihat caraku dan dirinya memesan minuman segar di tempat wisata itu. We’re different. Tapi, apakah itu berarti tak boleh bersatu? Bukankah karena berbeda itu justru perlu bersatu agar saling melengkapi? Atau, ini justru blunder?

Ahh … sudahlah! Meski itu sebuah rasa atau cinta eros yang tersandung, toh itu semua hanya masa lalu. Masa lalu yang pernah mewarnai hidupku sebagai pecundang cinta.

*********TAMAT*********

72 respons untuk ‘Cerpen: Cinta Eros yang Tersandung

        1. Wktu msh SMA ya? Haha…biasa, masa SMA msih mncri jati diri.

          Enak gak nya nurutku sih krn konsep dan kultur yg udah trbngun, tp spnjang pmhaman bhwa cinta adalah anugerah Tuhan, biasanya sih enjoy aja.

          Tp sy juga mykni bhwa LDR (Love Different Religion) itu beresiko, mknya klo takut terbakar jngn brmain dg nya

          Disukai oleh 1 orang

  1. Menurut saya cerita ini menarik, walaupun pendek.
    Kalau sebuah buku biasanya diangkat menjadi sebuah film, cerita ini barangkali bisa diangkat menjadi sebuah klip iklan.

    Iklan Pocari Sweat.

    Suka

    1. Waduh, mas Firman, jngan buli sya, awalnya sy gak mau nyebutkan produk, tp sy kesulitan memilih jnis minuman apa yg pas utk komparasi dg es susu…haha…Maaf

      Suka

  2. Rock Lee selama ini jomblo, tapi dia tetap semangat meski sekalu ditolak sakura. Diapun menjadi shinobi yg kuat karena sampai kini masih perjaka dan puasanya selalu penuh karena tak ada godaan mantan.

    Saya sendiri dah 3 tahun ‘true story, sampai saya merasa seperti tak prnh pacaran, bukan galau yg saya rasajan, tapi efek samping kesibukan berlebihan yaitu stres. Saya rasa kini sedang tdk ada waktu untuk pacaran.

    saya do’akan saja moga happy ending baik mantan atau penulis.

    Suka

  3. Saya juga pernah suka sama yang beda agama. Cuma nyesel sekali sampai sekarang kareba saya yang berbuat salah dan tidak dewasa waktu itu. Tapi memang ada banyak kok kasus beda agama yang bahagia sampai jenjang pernikahan. Pasti mereka punya kehidupan yang indah karena bisa bersatu diantara begitu banyak perbedaan.

    Suka

    1. Ari Sihasale slh satu contohnya, smpe skrg msh ok. Tp Lidia Kandau dan Jamal Mirdad, antitesanya.

      Beresiko sih nurut saya juga. Syukur klo ada yg langgeng sampe selama-lamanya.

      Suka

    1. Yap, klo udah pernah, so pasti bisa merasakannya. Makanya, klo gak mau “terbakar api cinta” LDR (Love Different Religion), it’s better not trying it, 😂😂

      Suka

        1. Ini indikasi klo postingan di atas sya kategorikan gagal, karena “menyesatkan” persepsi pmbca, copywriting sya gagal 😂😂

          Awalnya, headlinenya mau sya tulis di bagian dpannya, “Cerpen Tanpa Dialog”, tp takut kpnjngan judulnya. Mksih Win buat komennya, it’s an input for me.

          Suka

    1. Haha…emang keripik?
      Tp ada yg “slh persepsi” loh stlah baca tulisan ini, baca aja komen2 sblumnya, itu sebabnya sy menghakimi jg trnyta kisahnya lebay dan blm brhsil, 😂😂

      Suka

        1. Sensasional juga kan. Sblum Anda mengalaminya sendiri, menurut saya susah untuk membela salah satu pihak (yang pro dan yang kontra), tapi itulah realita dunia ini mbak.

          Suka

  4. Cerpennya menghanyutkan didi fikir ini nyata awalnya eh tapi makin dipikir bukannya kak Des pernah posting tentang membuat PR anak yah eh pas sampe akhir baru benerankan ternyata fiksi. Hihi setengah fiksi atau gimana nih kak Des?

    Didi pernah beberapa kali ngalamin cinta beda agama tapi akhirnya memang dipertemukan dengan yang satu iman 😇

    Disukai oleh 1 orang

    1. Haha… namanya fiksi psti khayalan, tp bila didramatisir aplg slah pnyajiannya lebay, bisa dipersepsikan bgtu (stngah fiksi, haha..).

      Sbnrnya, postingan ini msh sy kategorikan gagal, copywriting yg sya lakukan bisa menyesatkan pmbaca, alias blm brhasil, 😂😂

      Pacaran beda agama emang riskan, sya sering mnyaksikannya dlm hidup shari-hari, ada yg berhasil, tp ada juga yg berakhir mnyakitkan. Krn inspirasi itulah, maka saya coba menyelaminya, tapi syang Desfortin msih blm brhsil gemilang dlm menyajikannya, walau menurut Shiq4, pnilaian saya ini mestinya tak boleh bgini.

      Suka

    1. Haha…astaga udah lbih dari 3 hari post ini terbit, baru skrg disadari, trmksih buat koreksinya mas, TTM mestinya, haha….😂😂

      Ternyata, Anda org nomer 2 setelah mas Firman (baca komennya dia) yang matanya setajam elang. Pembaca seperti kalian berdualah inilah yang mesti “diwaspadai”, dan saya sangat suka itu, karena itu bisa mengindikasikan bhwa Anda membacanya secara teliti (gak mutlak jg sih), meskipun postingan ini saya kategorikan sbgai tulisan gagal, krn slain “menyesatkan” persepsi pembaca, juga indikasi kepikunan saya tercermin di dlmnya…😂😂

      Utk singkatan itu, akan saya mutakhirkan mas, tp tdk utk bagian yg dikomentari mas Firman, 😂😂

      Nah, klo eros mah terserah aja yg psti tdk mlanggar hak cipta, haha…

      Disukai oleh 1 orang

      1. 😊 iya mas, rasanya hati tak tega kalo ada typo dan salah tulis. Kalo ide cerita sih itu urusan perusahaan. Kita pembaca hanya menikmati saja.
        Berarti sy boleh ya bilang eros djarot. Badai pasti berlalu sama yg matahari itu judulnya apa lupa hehe.

        Disukai oleh 2 orang

                1. Klo sedih itu lumrah soalnya, lbih realistis. Sbnrnya yg bhagia jg bisa sih, hnya pnyajiannya tdk smua org gampang buatnya, saya termasuk yg sulit mlakukannya

                  Suka

Tinggalkan komentar