4 Hal yang Biasa Saya Lakukan di Musim Kemarau

Sumber Gambar : penamerdeka.com

Sebenarnya kapan musim kemarau tiba? Kenapa masih saja hujan? Inikah efek dari perubahan cuaca (climate change)? Mungkin sebagian kita bertanya dengan pertanyaan-pertanyaan di atas.

Menurut siklus musim di Indonesia, bulan Mei adalah awal musim kemarau (dry season), yang berlangsung hingga Oktober. Tapi nampaknya hingga kini (Juli), bahkan hari ini dan besok adalah hari terakhir libur sekolah, kehadirannya belum juga dirasakan sepenuhnya. Di sore hari atau bahkan di pagi hari sesekali masih saja turun hujan.

Dan kalau menurut teori sih, sebenarnya musim kemarau itu lebih ke soal arah angin, yang bertiup dari arah selatan ke utara, dari Wilayah Australia melewati wilayah Indonesia dan kemudian berbelok ke arah Asia Tenggara lain. Jadi, bukan soal hujan atau tidak hujan.

Tapi kita kadang aneh juga ya. Saat musim hujan (wet season) tiba, kita berharap kapan musim kemarau (dry season) tiba? Sebaliknya, saat sudah musim kemarau tiba, kita bertanya kapan turun hujan? Padahal, kedua-duanya sama-sama fenomena alam yang wajar. Kedua-duanya adalah berkat dan karunia Yang Mahakuasa yang sudah sewajarnya kita nikmati dan syukuri sebagai makhluk hidup yang tinggal di daerah tropis.

Well, sebenarnya saat ini, di hari libur terakhir ini (karena tanggal 10 Juli 2017 nanti sekolah kembali dibuka), saya tidak sedang membahas teori musim atau beberapa pertanyaan terkait hal tersebut. Bukan mengapa masih hujan atau kapan kemarau benar-benar tiba yang ingin saya bagikan, tapi saya ingin sedikit berbagi cerita tentang hal-hal yang biasa saya lakukan di musim kemarau. Mungkin agak mirip atau bersifat general tapi subjektif juga.

Saya percaya saat ini adalah musim kemarau, setidaknya kemarau basah, dan puncaknya pada September atau Oktober mendatang.

Saya juga percaya bahwa saat musim kemarau atau musim kering tiba, tiap orang di berbagai daerah mempunyai tradisi rutin yang biasa dilakukan, antar tiap orang bisa saja berbeda. Dan 4 (empat) hal berikut ini yang biasanya saya lakukan di musim kemarau.

(1). Mengambil air dari sumber air yang jauh dari rumah

Saat ini saya masih tinggal di desa Kinipan. Sebuah desa yang punya cerita historis yang unik. Meskipun ini ibukota kecamatan, tapi Kinipan masih berstatus desa (belum kelurahan apalagi kota). Namanya juga desa, maklum saja disana sini masih terdapat kekurangan-kekurangan.

Walaupun saat ini sudah ada perpipaan air bersih, dan sebagian warga sangat menikmatinya saat musim penghujan (tinggal buka kran di rumah), tapi saat kemarau tiba tentu airnya sulit mengalir, karena sumber air di perbukitan sana juga menyurut sehingga debit airnya turun. Jadi, jangan berharap banyak bisa dapat air langsung ke rumah.

Pada saat-saat seperti ini, sudah bisa ditebak, saya pun harus mencari sumber air di lain tempat, yang biasanya relatif jauh dari rumah. Sumur yang dekat ada sih, tapi kadang juga ikut kering atau airnya keruh. Saya juga kadang pergi ke titik-titik stop kran perpipaan air bersih yang masih mengalirkan airnya, dan itu agak jauh juga dari rumah.

Tapi yang paling pasti, air yang masih dan selalu tersedia (meskipun kemarau panjang) adalah air di sungai (Sei Batangkawa dan Sei Urawan). Karena itu, saya harus pergi ke sungai dengan membawa beberapa galon/jerigen untuk mengambil air, dan letak sungainya lumayan jauh dari rumah yang saya tempati saat ini. Untunglah ada sepeda motor yang selalu menjadi teman saya saat berburu air.

(2). Mandi di sungai

Begitu juga hal mandi. Meskipun saya sudah mengambil air dari sungai atau sumber air lainnya yang tersedia untuk diisi ke tong penampung di rumah, tetapi saya dan keluarga harus pergi ke sungai untuk mandi. Karena kalau mandi di sungai tentu lebih puas ketimbang di rumah, airnya lebih melimpah dan tidak takut habis.

Karena itu, saat musim kemarau, saya dan keluarga biasanya pergi ke sungai untuk mandi. Dan puteri saya, Ruth Amora, paling suka kalau urusan mandi ke sungai. Ini bisa dijadikannya kesempatan untuk latihan berenang, dan pelampungnya pun bisa digunakan (tidak nganggur lagi).

Sebenarnya, mandi di sungai itu mengasyikkan. Lebih tepatnya tergantung kebiasaan. Waktu saya masih anak-anak dulu, mandi di sungai adalah salah satu dari sekian kegemaran yang hampir setiap hari saya lakukan. Tapi semenjak saya dewasa, terlebih berumah tangga, saya kadang mulai sedikit risih atau merasa kurang bebas karena harus terpapar dengan orang banyak lainnya yang juga sedang mandi.

Jujur saja, saat ini saya sudah kurang terbiasa lagi dengan mandi massal. Mungkin inilah efek karena sering mandi di kamar mandi tanpa busana kali ya, haha…

Jadi, orang tak perlu khawatir atau merasa tidak enak hati bila tidak membawa saya untuk mandi di kolam renang atau tempat pemandian umum (common bathing place), tidak apa-apa, saya tidak akan iri.

Namun demikian, karena alasan kemarau tadi, dan ini juga di desa, mau tidak mau, suka tidak suka, lagian istri juga protes kalau saya mandi di rumah (padahal saya lho yang angkut air), mandi di sungai saat musim kemarau merupakan hal yang harus saya terima dan lalui dengan tabah.

(3). Piknik ke pantai

Biasanya musim kemarau itu bertepatan dengan saat liburan sekolah, yakni pada bulan Juni dan Juli. Pada saat liburan inilah, saya dan keluarga biasanya pergi ke pantai untuk berpiknik. Bukan untuk mandi atau berbasah-basah, tapi untuk bersantai menikmati indahnya pantai dan laut sembari ditemani es kelapa yang segar dan sajian kuliner yang disediakan oleh penjual-penjual di sekitar pantai.

Di kabupaten Lamandau, terkait pantai, hanya tersedia pantai sungai. Karena itu, kita harus pergi ke kabupaten tetangga (Kobar) untuk bisa menikmati pantai laut. Dan biasanya pantai Kubu dan pantai Bogam yang ada di kabupaten Kobar (Kotawaringin Barat) menjadi pilihan kami.

Sayangnya, pada liburan kali ini, karena sesuatu dan lain hal, akhirnya saya gagal pergi kesana. Semoga di lain kesempatan bisa ke pantai ini lagi.

(4). Pergi Memancing

Saya bukan pemancing mania. Hanya sesekali saja. Apalagi kalau spot pemancingannya tidak bagus, saya paling malas. Malas menunggu lama. Karena bagi saya, menunggu terlalu lama alias waiting so long, is a boring thing, bisa bikin sinting. Ups..just kidding, ha ha… skip.

Tapi untuk yang keempat ini, biasanya saya lakukan pada saat liburan di musim kemarau di kampung kelahiran saya (desa BH alias Batu Hambawang). Maklum, di desa BH lumayan tersedia spot pemancingan yang bagus. Jadi, gak pakai lama menunggunya, langsung strike.

Seperti yang saya lakukan bersama ibu dan adik saya beberapa hari lalu saat liburan ini. Lumayan banyak ikan yang kami peroleh. Sayapun tentu merasa senang dan puas kalau memancing seperti ini.

‘***’

Itulah beberapa hal yang kerap saya lakukan dan alami saat musim kemarau. Pengalaman-pengalaman tersebut tentu membuat perasaan saya bercampur baur. Kadang kesal karena harus angkat-angkat air dari tempat yang jauh setiap hari. Kadang juga senang karena bisa piknik ke pantai bersama orang-orang terkasih atau menikmati hasil pancingan yang memuaskan.

Tapi yang pasti, saya rasa setiap orang punya caranya sendiri untuk menikmati kesenangan atau apapun yang positif di setiap musim, entah itu di musim kemarau maupun musim penghujan, dan itulah cerita saya.

Bagaimana dengan cerita Anda, apa yang biasa Anda lakukan di saat musim kemarau? Saya penasaran membacanya. Mungkin bisa dibagikan di kotak komentar.

Salam Cerdas,

Desfortin

68 respons untuk ‘4 Hal yang Biasa Saya Lakukan di Musim Kemarau

  1. Musip kemarau jadi waktu tersibuk tahun ini, padahal dulu seru kalau bisa menangkap ikan di hulu sungai..

    Dan waktu 7-9 tahun sumur pompa di desa saya airnya justru makim jernih dan tidak habis waktu musim kemarau..

    Disukai oleh 2 orang

  2. Wah menarik juga iya musim kemarauan ada kegiatan tersendiri gitu. Jadi keinget sistem liburan sekolah diluar negeri, liburannya pas musim dingin, bisa maen salju.. hmmm kapan iya bisa go to abroad.. (lho?) Wkwk

    Kalo di daerah saya sih, kelihatannya biasa” aja kalo musim kemarau, kebanyakan warga pada pake sanyo, jadi kalo kemarau tinggi paling tinggal nurunin pralon yang buat nyambungin sanyo tersebut biar deket sama sumber airnya yg semakin surut akibat kemarau, karena daerah saya juga daratan tinggi sih. Lagian Kota Kudus juga nggak ada pantai, gunung Muria adanya wkwkwkwk

    Oiya, “waiting so long is a boring thing, bisa bikin sinting”.
    This quote is very wkwk.

    Disukai oleh 2 orang

    1. Ya bgtulah, Arika. Tp kmarau di daerah kami sih biasa2 aja. Slma sya tinggal disini, blm pernah sih yg kmaraunya full 3 bln. Dulunya kata org2 pernah, dan itu urusan air susah bnget, dan pastinya satu2nya andalan cuma sungai.

      Itu quote lucu2an aja, wkwk..

      Disukai oleh 2 orang

  3. Wah … kegiatan yang menarik semuanya. Dari 4 kegiatan itu yg biasa sy lakukan hanya piknik ke pantai, karena daerahku daerah pantai gampang mau piknik di pantai gratis he he
    mengambil air dr tmpt jauh tdk pernah kulakukan, krn di daerahku alhamdulillah selalu tersedia air termasuk saat musim kemarau meskipun debitnya tdk semelimpah pada saat musim penghujan tapi msh cukup.
    Mandi sungai pernah kulakukan tp saat SD dan pernah tenggelam he he, setalh dewasa tdk pernah lg mandi sungai, sdh malu mungkin ya atau risi bercampur dg banyak orang seperti mas desfortin.
    Memancing jg belum pernah, suatu saat pengin mancing ah kalau ada teman he he

    Disukai oleh 1 orang

    1. Waduh, prnh punya pnglaman traumatis mandi di sungainya ya..tp maaf, apkh skrg you can swim?

      Daerah Anda sngat mendukung skli ya. Klo sy, jujur aj, yg namanya ambil air jauh dr rumah itu sjak SD, dan smpe skrg pun msh..klau saat kemarau. Mungkin klo saya udah pindah k kota, baru bbas dech, hee…

      Disukai oleh 1 orang

        1. Ya smoga 1 thn lg, bisa pindah ke ibukota kabupaten. Soalnya, sy dsni sdh lumayan lama, jd kyaknya prlu penyegaran jg. Jd guru sih gak bs semaunya, aplgi klo prestasinya biasa2 aja bs gak “dilirik” oleh yg di ataa, hehe…

          Disukai oleh 1 orang

          1. Oh gitu, semoga apa yg direncanakan segera terwujud mas. Aamiin…
            Di kota kbupatenpun sy jg merasa gak dilirik oleh orang diatas kok mas, biarpun sdh membawa nama kabupaten di kanccah nasional, sama sekali gak ada penghargaannya. Setidaknya itu yg saya rasakan
            Di sini rasa kesukuan dan kolusinya yg lebih kuat tercium, mesti membuktikannya susah

            Disukai oleh 1 orang

  4. Kebetulan saya masih tinggal di desa yang cukup dekat dengan sumber air.Jadi kemarau tak terlalu merepotkan,karena kebutuhan air bersih untuk kehidupan sehari-hari masih cukup.
    Namun bagi para petani disini tugas mereka bertambah dengan harus mengairi lahan.Meski sumber air dekat,namun Saluran irigasi ke lahan punya jalur berbeda dengan saluran air menuju rumah.Jadi harus mencari sumber air alternatif untuk mengairi tanaman di ladang..

    Disukai oleh 1 orang

    1. Gitu ya mas Abdul Jalil. Syukurlah klo lbih dkat sumber airnya.

      Klo musim kemarau itu memang penderitaan bg para petani, dsni jg sama. Hny sj dsini ldang lbih terkenal itu ldang kring bkn sawah sprti di Jawa.

      Suka

      1. Iya nih mas..

        Ladang disini memang tipikal ladang basah,karena mayoritas petani di Brebes Selatan,tempat tinggal saya kebanyakan menanam sayur-sayuran seperti kentang,kol,wortel,dan bawang daun.

        Disukai oleh 1 orang

  5. Entah mengapa kalau membaca “musim kemarau” aku lgsg teringat pelajaran IPS. Membayangkan desa desa ala tanah air. Suka. Di tempatmu PDAM lom masuk mas? tapi masih enak ya ada sungai. Kebayang naturenya. Aku kalau summer selalu banyak rencana di kepala. Biasanya aku berkebun. Atau sesekali ikut suami naik boat mancing di atas danau sebelah rumah. I love nature. Buatku summer is the best

    Disukai oleh 1 orang

    1. Blm masuk PDAMnya mbak. Mungkin 5 thn lg, 😂😂

      Klo summer di Eropa pnasnya smpe brp drjat ya? Jngn2 pd pke singlet aj yg kaum adamnya, klo pas di sputran rumah.

      Saya jg suka alam mbak, tp klo dsini bosan dah, liat2 itu aja, 😂😂

      Suka

      1. Oooo gitu toh. Kalau di tempat aku suhu paling tinggi rata rata 20 C. Kadang kadang bisa 22 sampai 27. Tapi ga sering. Kalau pas terik, ga ada angin, 22 buat warga sini dan aku juga uda berasa panas. Summer di tempatku mostly masih sejuk makanya ga bisa nanam cabe keriting ampe merah. Hahaha

        Disukai oleh 1 orang

          1. Kalau 30 grrrrr uda ha ha hu hu pasti 😂😂 22 aja uda banyak yang ga pake baju cowonya. Olahraga lari di pinggir jalan uda ga pake kaos. cewe aja kalau di kota yang dekat danau uda jalan pakai bikini 😁

            Disukai oleh 1 orang

  6. Enak ya di sana sungainya gede-gede. Bisa buat mandi atau mancing. Di kampung saya kalau ada orang bilang mau ke kali (sungai) artinya dia mau ke rawa kecil yang ada 2 di seluruh kampung, itupun airnya cuma dari pancuran kecil. 😀

    Disukai oleh 1 orang

  7. Saya harus bersyukur karena sekemarau-kemaraunya, tidak pernah kehabisan air sumur mas. Dulu juga sering main ke sungai. Dan kalau dihitung sejak terakhir kali ke sungai kurang lebih 10 tahun yang lalu (tempat wisata kayak air terjun gak dihitung haha). Setiap kemarau sungai yg dulu sering saya jadiin tempat main pasti kering, banyak ikan bingung yg kami tangkap. Berkah kemarau.

    Disukai oleh 1 orang

    1. Ya mas berkah kemarau. Kmi disini klo kmarau ada tradisi nangkap ikan sprti itu jg, yg disebut “mangapm”, bhkan sampe dijadikan ajang lomba dlm festival daerah. Seru nangkap ikan, aplgi di air keruh dan lumpur, wkwk…

      Disukai oleh 1 orang

  8. Musim kemarau: Alasan kuat dibalik kemageran untuk keluar rumah 😦 rasanya selain panas, juga takut kalau kulit gosong. Hahaha.

    Oya, btw kakak di desa knippan acara apa? Asli domisili disanakaah?

    Disukai oleh 1 orang

    1. Iya, kdang pas kemarau ada jg rasa mager, tp krn hrus angkut air, ya mau gak mau hrus ttp gerak. Lgian klo mager trus takut stroke, wkwk…

      Sy bkn asli Kinipan, tp dah 7 thn domisili dsni krn tgs sbgai guru dan jodoh dg gadis Kinipan..

      Knp zapufaa, tahu ttg Kinipan ya? 😁😁

      Disukai oleh 1 orang

      1. Takut stroke :” hahaha boleh boleh 😂 semoga panasnya matahari tidak menghalangi semangat beraktivitas🤘

        Nggak tau kaak, justru baru kali ini dengar dan langsung penasaran search search di google😁

        Disukai oleh 1 orang

  9. Sungainya pasti masih jerniiih ya Mas. Ga ada fotonya ya hehe.

    Entah kenapa post2nya masih ga taampak di readerku. Jadi maafkan aku yg jarang blogwalking kesini 😩

    Disukai oleh 1 orang

    1. Sungainya msh lumayan bgus sih, tp klau pas kmarau suka “diganggu” oleh para penambang mas ilegal, 😂😂
      Sngja gak sy lmpirkan fotonya, krn bkn fokus postingan ini jg.

      Mungkin wp readernya brmslh kali, hee… gpp mbak, sy bkn minta sllu dikomen kok. But, thanks buat kunjungan dan tnda jjak nya ya. Ttp smngat nulis.

      Disukai oleh 1 orang

    1. Gitu ya masHP…sy jg sama waktu kcil main layangan.

      Kinipan itu sebuah desa di Kecamatan Batang Kawa, Kab. Lamandau, Prov. Kalteng-Indonesia.

      Ya mas slam kenal jg. Slmat blogwalking

      Disukai oleh 1 orang

  10. Perubahan iklim sangat ekstrim! Dikampung saya dulux kalo para tetua dah mengamati perubahan musim, dia sudah tahu bahwa esoknya akan hujan atau esok akan tiba kemarau. Sekarang,,,? Udah awan dah gelap, langit mendung, gemuruh guntur ,ehhh.. malah gak hujan-hujan.. 😁

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan komentar