Review Buku: Five Minds for The Future – Howard Gardner

Buku psikologi Howard Gardner
Personal photo of Buku “Five Minds for the Future”

Saya suka membaca buku, baik buku cetak ataupun ebook (buku elektronik). Terlebih buku yang membahas tentang pendidikan, psikologi, filsafat dan teologi. Hanya saja setelah selesai membacanya, saya sangat jarang membuat review-nya. Pertama, karena bukunya kurang menarik untuk di-review, atau yang kedua, saya memang kurang pandai membuat review.

Akan tetapi, dalam postingan kali ini, saya akan mencoba membuat review sebuah buku cetak (buku psikologi) yang sudah selesai saya baca kemarin sore. Semoga berhasil.

Jujur saja, awalnya saya ragu apakah buku ini yang harus saya selesaikan terlebih dahulu atau buku lainnya itu yang saya pinjam dari perpustakaan. Tapi karena tidak terlalu tebal juga, saya pikir buku ini cukup menarik untuk dibaca dan di-review, sekalipun ini termasuk buku lawas. Karena buku lawas, maka tentu saja saya bukan orang pertama yang mereview buku ini.

Sebenarnya, saya sudah menemukan buku ini pada Juni 2017 lalu, saat saya mengunjungi Perpustakaan Daerah (Perpusda) Kabupaten Lamandau di kota INDAH, Nanga Bulik. Waktu itu saya berniat meminjam beberapa buku.

Namun, karena waktu terbatas, dan sesuai ketentuan perpustakaan saya hanya diperbolehkan meminjam maksimal 2 buku, dan buku ini saya temukan terakhir, buku ketiga maksudnya, jadi saya putuskan saja membaca sebagian isinya saat di ruang baca Perpusda tersebut selama kurang lebih 1 jam.

Syukurlah saat saya kembali ke desa Kinipan, desa tempat saya menetap sekarang, saya kembali menemukan buku ini, yakni saat saya mengunjungi perpustakaan desa beberapa hari lalu atas bujukan seorang teman.

Karena itulah saya berniat untuk menyelesaikan membaca buku ini dengan meminjamnya. Dan akhirnya saya pun menamatkan membaca buku ini kemarin sore itu.

Berikut adalah review saya untuk buku ini.

Judul : Five Minds For The Future (5 Jenis Pikiran yang Penting di masa depan)

Halaman : 180 hal.

Penulis : Howard Gardner

Penerjemah : Tome Beka

Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007

Isi Buku ‘Five Minds For The Future’

Saya kira sebagian besar dari kita sudah cukup familiar dengan penulis satu ini. Ya, Howard Gardner adalah seorang pakar psikologi yang terkenal dengan teori Kecerdasan Majemuknya (Multiple Intelligences). Ia juga seorang periset yang ternama dalam bidang psikologi dan pendidikan. Sudah banyak buku yang ditulisnya, dan pikiran-pikirannya sering dijadikan referensi akademis.

Nah, dalam bukunya yang bertajuk Five Minds For The Future ini, ia mengulas tentang 5 jenis pikiran yang penting dan mesti kita perhatikan di masa depan. Menurutnya kelima jenis pikiran ini mesti dikuasai dengan baik oleh orang-orang, khususnya para pendidik, pemimpin, dan profesional yang ingin sukses di masa depan.

Buku yang yang terdiri dari 7 bab ini, ditulis dengan gaya bahasa yang menarik oleh seorang yang memang ahli di bidangnya, khas tulisan seorang profesor psikologi yang mengulas suatu gagasan secara komprehensif, cerdas dan akademis, akan mengilhami para pembaca untuk melaksanakan proses belajar sepanjang-hayat.

Adapun kelima pikiran yang diulas tersebut adalah:

1. Pikiran Terdisplin (Disciplined Mind) Suatu perilaku kognisi yang mencirikan penguasaan disiplin ilmu utama (termasuk sains, matematika, dan sejarah) dan setidaknya satu keterampilan profesional.

Inti dari jenis pikiran yang pertama ini adalah bahwa untuk benar-benar menjadi individu yang profesional, kita mestinya menguasai secara tuntas, komprehensif, mendalam dan terdisiplin satu bidang pengetahuan/ketrampilan tertentu.

2. Pikiran Menyintesis (Synthesizing Mind) Kesanggupan untuk memadukan ide-ide dari berbagai disiplin atau bidang yang berbeda menjadi satu kesatuan yang utuh dan untuk mengomunikasikan perpaduan itu kepada orang lain.

Intinya adalah, di tengah dunia yang dipenuhi dengan banjir informasi yang kian deras mengalir melalui beragam media : televisi, media cetak, dan dunia online, apalagi bongkahan informasi tersebut acap kali dipenuhi dengan informasi sampah (junk information), kita tidak boleh menjadi orang yang hanya take it for granted. Semuanya harus diolah secara baik. Kita perlu memilih secara cerdas informasi krusial dari kelimpahan yang tersedia itu baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

3. Pikiran Mencipta (Creating Mind) Kesanggupan untuk menyingkapkan dan memperjelas masalah, pertanyaan, dan fenomena baru.

Dalam jenis pikiran ini, kita harus senantiasa terbuka dengan ide-ide baru, memunculkan beragam pertanyaan dan bahkan jawaban-jawaban yang kreatif. Dengan cara berpikir kreatif ini pula seseorang dimungkinkan untuk memasuki wilayah-wilayah baru yang menjanjikan harapan dan peluang untuk digapai dan dimanfaatkan.

Intinya, jenis pikiran ini akan membuat kita mampu berpikir lebih jauh di atas pikiran biasa atau konvensional (to think out of the box), sehingga kemajuan dan hidup yang bermakna menjadi milik kita.

4. Pikiran Merespek (Respectful Mind) Kesadaran dan penghargaan terhadap perbedaan di antara umat manusia.

Perbedaan atau keragaman adalah suatu fakta di dunia, pun dalam hal pikiran atau ideologi. Itu lumrah. Dan mereka yang mampu menghargai semua itu akan sukses dalam pergaulan kehidupan.

Para kaum “radikal” dan teroris yang cenderung memaksakan kepentingan jelas tidak mendapat tempat dalam jenis pikiran ini.

Esensinya adalah, perbedaan itu tidak membuat kita saling curiga, memusuhi, apalagi sampai berbuat anarki. Tapi perbedaan justru harus dihargai/dihormati, bahkan dirayakan. Itulah inti dari toleransi.

5. Pikiran Etis (Ethical Mind) Pemenuhan tanggung jawab seseorang sebagai pekerja dan warga yang baik.

Dalam pikiran etis ini – sekalipun tidak semua standar etika bisa berlaku secara universal di semua budaya dan era – seseorang dituntut agar bekerja dan bertindak sesuai standar etika yang berlaku di suatu tempat dimana ia berada dan bekerja.

      Kelebihan ‘Buku Five Minds For The Future’

      Setelah membaca buku ini, saya mencatat beberapa poin penting yang saya anggap sebagai kelebihan buku ini.

      • Kajian yang komprehensif – buku ini ditulis dengan begitu serius, dengan gagasan-gagasan besar, dan retorikanya yang tajam, sehingga ketika membacanya kita akan mendapatkan wawasan yang luas serta mendalam. Wajar memang, sebab buku ini diterbitkan setelah melalui bertahun-tahun riset intensif bersama tim yang solid (sebagaimana terungkap di awal buku).
      • Ditulis secara runut – pada bab 1, Howard Gardner dengan begitu meyakinkannya menjelaskan kepada pembaca tentang latar belakang buku ini, dan bagaimana ia mendalami pikiran manusia sebagai seorang pakar psikologi. Sebelum masuk lebih dalam pada lima pokok pikiran yang penting tersebut, ia membuat pendahuluan tentang pikiran yang dipandang secara global, dan mengulas 5 pokok pikiran itu secara ringkas. Begitu juga di bab akhir (7), kesimpulan yang dibuat penulis cukup membantu pembaca dalam mengingat ulang dan memahami bab-bab sebelumnya.
      • Penyajian contoh dan ilustrasi yang sesuai – begitu juga dengan contoh dan ilustrasi kelima pikiran di atas, penulis memberikan contoh kasusnya baik melalui pengalaman pribadi penulis maupun berdasarkan hasil riset.

      Berdasarkan beberapa ulasan di atas, menurut saya, buku ini pantas dibaca oleh para orang tua, para guru, para pemimpin, para profesional, dan siapapun yang ingin sukses dalam hidup, baik secara personal maupun interpersonal dewasa ini dan di masa depan.

        Kekurangan ‘Buku Five Minds For The Future’

        Secara umum buku ini sudah bagus dengan gagasan-gagasannya yang cerdas dan riset yang intensif, hanya saja untuk terjemahannya ada beberapa kata yang diketik secara typo.

        Selain itu, seandainya bahasanya (alih bahasanya) bisa lebih disederhanakan lagi, mungkin bisa lebih cepat memahaminya. Saya perlu bolak balik membacanya sebelum melanjutkan ke bahasan berikutnya.

        Kemudian, menurut saya, gagasan terkait 5 jenis pikiran tersebut, sekalipun memang penting, tapi entahlah saya merasa tuntutannya terlalu berat untuk dicapai. Tapi yah … kalau ingin maju tidak ada waktu untuk berleha-leha atau banyak alasan sih.😇😄

        Kesimpulan

        Perubahan demi perubahan yang begitu cepat di era globalisasi, dimana arus informasi kian deras melanda, sains yang mendominasi, teknologi yang terus berkembang, dan benturan berbagai kultur, hal-hal tersebut membuat 5 jenis pikiran yang dikemukakan oleh Gardner ini semakin penting dan krusial.

        Secara urutan, ia menyarankan agar urutannya diawali dengan pikiran respek, selanjutnya terdisplin, diikuti oleh pikiran sintesis, dan terakhir penekanan pada etika.

        Bagaimana dengan pikiran mencipta atau kreativitas? Menurutnya, pikiran kreatif itu berkaitan erat dengan pikiran disipliner. Tanpa disiplin yang relevan, kreativitas sejati mustahil dihasilkan. Tanpa kreativitas, disiplin hanya bisa digunakan untuk mempersiapkan status quo.

        Jadi, kelima pikiran tersebut sangat penting di masa depan, dan menurut Gardner, pendidikan adalah kunci utama untuk mengembangkan lima pikiran tersebut. Sementara orang tua, teman sebaya dan media juga memainkan peran penting dalam mempengaruhi dan mengembangkannya.

        Karena itu, lima pikiran tersebut tidak boleh dianggap remeh. Hanya mereka yang mampu dengan baik dan cerdas mengembangkan pola atau jenis pikiran-pikiran tersebutlah yang akan bertahan dan sukses menghadapi berbagai tantangan di masa depan yang kian kompleks dan menyeluruh di berbagai bidang.

        75 respons untuk ‘Review Buku: Five Minds for The Future – Howard Gardner

          1. Ya, mas. Bukunya cukup menarik utk dibaca. Betul, perubahan tsb harus dimulai dr diri sendiri, dan dlm bukunya ada kok bbrp sikap dlm diri kita yg menentang 5 pikiran di atas.

            Suka

        1. Pointnya bener semua mas rudi, aku juga pernah baca yg serupa tapi tak sama, cuma kadang bahkan selalu penerpannya susah, pnya pikiran/gagasan/ meminta dri sndri untuk sprti itu ckup sulit 😥

          Disukai oleh 2 orang

        2. Aku sih belum prnh baca buku Howard Gardner, seringnya baca novel aja, tp berdasarkan postingan bang Desfortin aku jd ga usah baca bukunya juga udah cukup menjelaskan isi bukunya hihihi.. postingan yg membangun 👍👍👍

          Suka

        3. 5 pikiran yang harusnya semua dikuasai yak Mas. Hmmm. Bacanya ngangguk-ngangguk tapi berat juga.. 😂😂😂
          Inspiratif sekali. Aku akan berusaha punya pikiran kayak gitu.. 😂😂😂

          Suka

          1. Kalau nurut bukunya sih, klau bs menguasi semuanya lebih mantap lg, tp satu atau dulu ga apa2 kok, butuh proses memang.

            Tp klau nurut saya sih, sbgian kita sbnrnya sdah berpikir dg 5 pikiran tsb, hnya saja perlu dikembangkan lg. Misalnya, ngeblog harus trus berkembang, itu satu cntoh pikiran terdisiplin..

            Suka

        4. Terima kaish atas ulasan buku-nya, Kak. Luar biasa!
          Ayu seperti membaca keseluruhan isinya meskipun tidak memegang bukunya. RIngkas dan menjawab apa yang ada dipikiran Ayu. Sekali lagi, Terima kasih.

          Suka

        5. Wah sepertinya menarik. Kadang saya menyukai psikologi. Cuma kayaknya klo ada kesempatan saja. Masih begitu banyak buku yg harus saya baca ha ha ha…..

          Kenapa setiap kali ada yg membicarakan buku saya ikutan tertarik membacanya ya, padahal masih begitu banyak buku yg tersedia dan belum tersentuh.

          Disukai oleh 1 orang

          1. Mungkin karena mas Shiq4 emang kutu buku…

            Oya, ebook yg mas Shiq4 ksh bbrp waktu llu blm jg slsai saya baca, haha..
            Entahlah, saya merasa sbgian ebook kurang menarik minat sy, sajiannya kurang gmn gitu ya..jd aplgi nge-review-nya rada males..

            Suka

          2. Mungkin karena mas Shiq4 emang kutu buku…

            Oya, ebook (novel, cerpen) yg mas Shiq4 ksh bbrp waktu llu blm jg slsai saya baca, haha..
            Entahlah, saya merasa sbgian ebook tsb kurang menarik minat sy, sajiannya kurang gmn gitu ya..jd aplgi nge-review-nya rada males..

            Suka

        6. Sungguh berat bacaannya (apalagi untuk aku yang biasa baca buku-buku perjalanan hwhwhw). Punya akun di goodreads.com gak mas? kalo gak ada bikin dong, biar bisa aku add.

          Aku gak betah baca ebook. Mata terasa cepat lelah. Jadi, masih konvensional sekali aku kalo soal bacaan. Harum kertas itu bikin otak rileks hahaha. Tapi emang jadinya berat kalau mau dibawa-bawa. Ada plus minusnya sih emang 🙂

          Disukai oleh 1 orang

              1. Oo..gara2 nafsir kata “sebagian” ya? Haha…sbgian bkn stngah bro Ical, bs 1 bab, stngah bab dst..

                Buku ini slsai saya bca pas udah di Kinipan, jd dptnya dari 2 perpustakaan yg berbeda…😄

                Suka

            1. Iyaa.. Dari pas liat statusnya mas Des, wa udh ngiler… Nanti wa masukin wishlist laa.. Mana tau ada budget atau nanti kalo ke perpus bisa cari2.. Wa emang udh tertarik sama Howard krna bukunya yg Multiple Intelligence itu. Cara dia nulia itu mantaaap. Deskripsinya jelas.

              Kebetulan wa baru tau judul buku ini.. Nambah pengetahuan wa baca tulisan mas ini.👍

              Disukai oleh 1 orang

              1. Ya, Wa. Maaf, trnyata komenmu yg ini sempat masuk spam. Maaf2..slow responden..harus lebih rutin cek kotak spam ni.

                Howard memang ok, gaya nulisnya akademis banget. Org yg brgelut di dunia pndidikan msti bca tu buku2nya..

                Suka

        7. Saat membaca nama penulisnya, saya memang merasa seperti sdh negenal nama itu. Ternyata ya ….benar yang mas des bilang dia adalah tokoh mutiple intelegence.
          Kekurangan saya juga kalau membaca buku terjemahan gak paham2, kayaknya muter2 gitu bahasanya. sy sering tertarik dg judul buku terjemahan, tp begitu membaca rasanya bosan menyerang, krn susah memahaminya. Aplg buku psikologi spt ini wk wk wk
          makasih sdh mereviewnya mas, setidaknya tak perlu baca sdh tahu sedkit isinya he he

          Disukai oleh 1 orang

          1. Howard Gardner terkenal kok bg kita guru2, sy waktu kuliah sering nge-refer ke buku2nya..

            Iya, kdang buku terjemahan gitu, tp yg ini lumayan bagus lah, mungkin otakku aja yg sllu terburai dg bahasa yg sederhana, terjemahannya lumayan cerdas, tp seandainya bs lebih dibuat simple, mka akan terkesan lebih mantap lg, dan kita pun bs cepat pham.

            Ttp harus bca bukunya, mbak Nur. Soalnya review ini blm lengkap kok.

            Disukai oleh 1 orang

            1. Kalau jaman sy kuliah dulu, jarang ari literatur buku2 pedagogik, dl lebih banyak fokus ke jurusan he he
              Wah…tapi sy belum pernah ketemu buku itu, perpustakaan di daeerahku minim banget bukunya. atau ada ebook nya mas?

              Disukai oleh 1 orang

        8. menarik sekali, bang.
          jujur aku juga suka pusing dengan buku buku terjemahan😂😢.
          .
          Sementara orang tua, teman sebaya dan media juga memainkan peran penting dalam mempengaruhi dan mengembangkannya…..(catet(

          Disukai oleh 1 orang

        9. Kata2 ‘synthesize’, reminds me of Chemistry. Very good review. I like the way you use your time to read. I love reading also. Mau coba baca2 mengenai psikologi juga, memang temanya keren and melatih mental. 👍👍👍

          Disukai oleh 1 orang

          1. Thanks Anggelina.

            Buku2 psikologi menurutku tergolong berat, sprti mmpljari sstu yg abstrak, dan mmng bgtu adanya.

            I love reading, tapi akhir2 ini smngat mmbca agak menurun, krn ada agenda lain yg harus sgra dituntaskan.

            Disukai oleh 1 orang

            1. Keep it up. Mungkin kebiasaan membaca bs di waktu2 sisipan spt ktk rapat bs sambil nyempil baca artikel macam di tirto.id. Artikel2nya pd kreatif, dan aku suka banget.

              Disukai oleh 1 orang

        10. Nice. Untuk memahami pikiran2 itu sepertinya perlu perenungan mendalam. Masih awam, saya belum pernah baca buku Gardner. Hanya tau pencetus multiple intelligence saja dari buku2 psikologi dan psikologi pendidikan. 😃

          Disukai oleh 1 orang

        11. Kayanya bukunya inspiratif bgt deh mas ada poin di atas yang mungkin bisa memotifasi masalah ke disiplinan saya dalam mendalami sebuah pengetahuan agar lebih mendalam…

          Keren review nya mas…

          Disukai oleh 1 orang

        12. waduh, mesti baca berulangkali baru bisa ngerti keknya. seperti kata temen2, membaca terjemahan itu gak gampang ternyata. hehe . Apalagi yang sifatnya akademis spt ini.. gmn ya caranya bisa cepet nangket maksudnya? hehehe, maaf pertanyaannya gak berbobot ya om Des 🙂

          Disukai oleh 1 orang

        13. Entah kenapa saya ngerasa tulisan mas ini sangat rapi.

          Btw, kalo ngomongin buku non fiksi saya juga demen sama tema yang begini, yang hubungannya sama psikologi atau motivasi, kalo dibanding sama memoir. Saya suka reviewnya 🙂

          Disukai oleh 1 orang

        14. Waah.. terima kasih reviewnya Mas Des. Saya selalu merasa berat baca buku2 pemikiran. Tpi baca review ini jd menambah pengetahuan.

          Pernah jg pengen bca buku psikologi. Kalau Mas Des penyuka buku itu mungkin bisa rekomendasi Mas. Hehe

          Disukai oleh 1 orang

          1. Buku pemikiran memang berat. Ini juga buku pemikiran, pmikiran psikologi.

            Ada satu buku lagi yg psikologi juga. Sedang sy bca. Judulnya “Bujukan Terselubung” oleh Kevin Hogan dan James Speakman.

            Bukunya ok punya.

            Disukai oleh 1 orang

        Tinggalkan komentar